Renjun Hilang

59 6 0
                                    

Pukul 2 dini hari. Renjun terbangun ketika sesuatu menimpa kakinya. Dia mengintip sembari pura-pura tertidur. Dia takut jika hantu tiba-tiba muncul di kakinya. Tak ada apapun di kakinya. Dia duduk lalu mendapati Jeno yang tengah mengerjakan sesuatu di pojok tenda.

"Lo bawa buku buat belajar ke tempat kaya gini?" Tanya Renjun.

Awalnya Jeno terkejut, tapi setelah memastikan itu suara manusia betulan dia pura-pura menjatuhkan pensilnya. Lalu berlaga seperti tak terjadi apa-apa. Gengsi.

"Gue harus belajar." Jawab Jeno.

"Segitunya Jen?"

"Lo kenapa bangun?" Jeno mengalihkan topik pembicaraan.

"Emhh lo nginjek kaki gue."

"Eh maaf, gak keliatan." Jeno tersenyum, senyuman yang jarang sekali Renjun lihat terlukis di wajah Jeno.

Tiba-tiba

"Lo mau ke toilet nggak?" Tanya Renjun yang mendadak ingin buang air.

"Nggak."

"Lo mau nggak anter gue ke toilet?"

"Nggak berani sendiri?"

"Gue gak tau toiletnya di mana." Sebenarnya itu hanya alasan Renjun saja. Dia sebenarnya takut.

"Ya udah ayo." Jeno berdiri setelah menutup dan membereskan bukunya.

Renjun selesai membuang air kecilnya. Toilet itu lumayan jauh dari area perkemahan. Tapi itu untuk kelas biasa. Karena untuk kelas unggulan, mereka sudah disediakan toilet dekat tenda panitia. Yahh meskipun sedikit sempit dan kotor, tapi mereka tak perlu jauh-jauh jalan kaki seperti Renjun dan Jeno saat ini.

Renjun dan Jeno pulang. Mereka berjalan berdampingan.

"Jen, gue boleh tanya nggak?"

Jeno mengangguk.

"Lo kok masuk kelas biasa sih? Padahal hasil ujian lo waktu seleksi masuk sekolah tuh nomor satu. Bahkan rank umum sekolah, lo yang pegang."

Jeno diam sesaat. Dia menimbang.

"Pas seleksi emang gue dikasih tau, kalo gue dapet nilai sempurna dan otomatis gue masuk ke kelas unggulan. Tapi pas hari pertama masuk sekolah, nama gue nggak ada didaftar kelas unggulan. Diganti sama orang lain."

"Siapa?"

"Nggak penting. Yang paling penting tuh, mau gue kelas biasa atau unggulan, tetep otak gue nomor satu di sekolah."

Bisa sombong juga Jeno ini, pikir Renjun.

"Ohh iya, lo kan sempet minta tolong gue buat nyari kado adek lo. Kok nggak jadi? Apa lo udah nemu? Harusnya kan ulang tahun adek lo udah kelewat." Renjun sebenarnya menantikan Jeno mengajaknya pergi, dia ingin lebih dekat dengan Jeno. Tapi saat itu, Jeno tak kunjung memberi tahunya, bahkan mengajaknya. Jadi Renjun pikir Jeno sudah mendapatkan kado untuk adiknya itu.

"Ahhh itu. Dia cuma minta kue ke gue. Beres. Untung aja ada toko kue baru deket rumah. Jadi nggak perlu nyari-nyari."

"Simpel banget."

"Ya gitu lah."

"Tapi dia suka?"

"Dia suka banget. Kuenya enak."

"Toko kue mana?" Renjun bertanya seperti itu beralasan. Ketika dia tau toko kue itu dimana, dia akan memberi tahu Bundanya. Siapa tau bunda bisa belajar banyak dari toko kue itu. Dan sedikit meniru kue-kue yang dijual.

"IWI."

"Hah? IWI?" Renjun kaget.

"Heem."

"Itu mah toko kue Bunda gue kali Jen."

APUS | HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang