Toko roti milik bunda benar-benar tutup lebih awal. Pegawai toko Bunda pun sudah pergi pamitan dari tadi.
Bunda terlihat sedikit terburu-buru, bahkan dia tak sempat bercakap-cakap dengan Renjun maupun Haechan. Setelah memastikan semuanya sudah di kunci, dia langsung masuk dalam taxi yang sudah dia pesan sejak tadi.
Haechan baru sadar, kunci motor miliknya tertinggal di dalam bersama dengan jaketnya. Alangkah sialnya lagi, dia baru sadar 5 menit setelah bunda pergi.
"Gue duluan." Ucap Renjun saat bis sudah berhenti di halte depan toko roti.
"Kunci motor gue di dalem Jun, gimana dong?"
"Lo bisa kan naik bis atau apa gitu buat pulang."
"Dompet gue juga di dalem jaket."
"Lo nyusahin."
"Gue ikut aja ke rumah lo ya?"
"Kagak."
"Please lah, sekali aja."
"Kagak."
"Jun?"
"Nggak Lee Haechan."
Haechan benar-benar bingung saat ini.
Di tengah kebingungannya, Haechan baru sadar. Bis yang tadi berhenti di halte depan sana sudah tidak ada. Mungkin supir bis itu tidak tau mereka akan naik bis itu, lantas dia langsung pergi tanpa memberikan tanda bis akan pergi.
"Bis nya udah jalan." Ujar Haechan.
Renjun berbalik.
"Gara-gara lo ahhh gue jadi ketinggalan bis nya."
"Ngapa jadi salahin gue?"
"Lo ngajak debat mulu."
"Bis berikutnya kapan dateng?"
"Jam operasi malem persatu jam."
"Lama juga yaa."
Haechan dan Renjun hanya berdiri di pinggir jalan, mereka tak tau harus bagaimana sekarang. Naik taxi uang Renjun tak cukup. Nunggu bis selanjutnya kelamaan, ditambah ada Haechan makin menjadi saja.
"Ehh lo mau kemana?" Tanya Haechan setelah melihat Renjun berjalan menjauh.
"Pulang."
Haechan menyusul, mensejajarkan langkahnya dengan Renjun.
"Gue ikut."
Renjun tak melarangnya, dia sudah lelah sekali hari ini.
Mereka berdua berjalan di trotoar jalanan kota. Malam yang baru saja datang membuat jalanan kota sedikit penuh dengan kendaraan para pekerja yang baru pulang. Bau asap kendaraan tercium dimana-mana.
"Tadi siapa?" Siapa sangka, Renjun yang mulai pembicaraan.
"Tadi?" Haechan kebingungan.
"Yang di toko itu, Karina."
"Ohh Karina, temen gue itu."
"Temen darimana?"
"Bisa dibilang kita temen satu tongkrongan."
"Nongkrong? Lo bandel yaa."
"Nongkrong sama dengan anak bandel? Lo kolot banget pemikirannya."
Renjun tak menjawab, dia hanya mengepalkan tangannya sebab kesal.
"Kita satu tongkrongan karena kita senasib." Ujar Haechan.
"Senasib?" Renjun menghentikan langkahnya, lantas menghadap ke arah Haechan. Dia penasaran arti kata 'senasib' yang Haechan katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
APUS | HyuckRen
Fiksi RemajaAda banyak cerita yang dilalui Renjun. Dari mulai pertemanan, percintaan dan pengkhianatan. Banyak yang datang dari masa depan, tapi ada yang kembali dari masa lalu. Renjun tak sendiri sekarang, dia memiliki banyak teman. Dia tau, dunia akan terus b...