Jaemin dan Ayahnya

88 6 0
                                    

Hening, Renjun dan Yangyang tak sedikitpun menyela ketika Jaemin bercerita. Itu buruk sekali, cerita buruk. Lebih buruk dibandingkan apa yang mereka lihat sehari-hari. Di atas panggung Jaemin selalu di bangga-banggakan, dicium sana sini oleh ayah dan ibunya. Tapi di balik semua itu, Jaemin hanyalah boneka. Ketika mereka senang dengan Jaemin, mereka akan melakukan hal yang baik. Tapi sebaliknya, jika mereka tak suka pada Jaemin, mereka hanya menganggapnya seonggok barang tak berguna.

"Ayah lo udah keterlaluan. Singa di hutan sana aja masih sayang sama anaknya. Lo harus kabur, lo harus laporin semuanya. Lo punya bukti. Lo bisa di lindungi." Yangyang berteriak-teriak, padahal awalnya dia sama sekali tak peduli dengan Jaemin. Ada rahasia yang dia pendam. Hanya dia yang tahu, Jaemin dan Renjun tak akan pernah tahu.

"Aku nggak bisa ngalahin Jeno, malah turun ke rank 4. Acara class meeting aku cuma di posisi ke 3. Jadi ya begini." Jaemin berusaha tersenyum, berusaha baik-baik saja.

"Lo ikut kita ke apartemen Haechan. Ayah lo pasti nggak akan nemuin lo disana." Ajak Renjun, dia sudah tak bisa berpikir jernih bagaimana nanti nasib Jaemin.

"Aku nggak bisa. Aku nggak mau kalian semua kena batunya. Kaya Jeno." Di akhir kalimatnya Jaemin terlihat lemas. Jeno, bagaimana harus dia ceritakan semuanya ini.

"Tapi lo nggak bakalan aman."

"Nggak papa. Toh seminggu kemudian gue bakalan di bawa ke rumah sakit. Emhh gue ke toilet dulu." Jaemin beranjak, dia pergi ke toilet mini market.

Tak lama Jaemin kembali.

"Kalian berdua cepet kabur. Ayah pasti bakalan ke sini." Jaemin kembali mencoba mengusir temannya.

Sesaat setelah Jaemin terus berusaha mengusir Renjun dan Yangyang, terlihat 2 mobil hitam merapat ke arah mini market. Itu pasti suruhan ayahnya. Atau jangan-jangan ayahnya sendiri yang menjemputnya. Gawat jika Ayahnya melihat Renjun dan Yangyang. Dia akan berpikir Renjun dan Yangyang membantunya melarikan diri.

Sesaat sebelum para pesuruh Ayahnya masuk, Jaemin mendorong Yangyang dan Renjun. Mereka terjatuh, tersungkur diantara rak-rak berisi jajanan. Alangkah bagusnya juga saat itu, botol-botol yang berjejer di pinggiran rak satu persatu jatuh menimpa Renjun dan Yangyang. Mereka tak sempat berlari menyelamatkan Jaemin. Jaemin lebih dulu pergi menyerahkan dirinya sendiri. Dia siap dengan segala kemungkinan yang terjadi malam ini. Karena tujuan utamanya bertemu dengan Renjun sudah dia lakukan.

"Kamu nggak akan pernah bisa kabur Jaemin. Jangan menambah pikiran ayah. Cepat kalian bawa dia masuk ke mobil. Ikat tangannya. Jika dia menolak, seret." Ayahnya berseru. Dia tak malu, pelayan kasir melihatnya. Dia sama sekali tak memperdulikan itu semua.

Jaemin dibawa masuk ke dalam mobil. Mobil itu segera pergi. Lenyap ditelan gelapnya malam.

Renjun dan Yangyang bangkit setelah menaruh kembali semua botol minuman yang terjatuh menimpa mereka. Mereka kesal, Jaemin sudah pergi. Renjun sempat menendang rak makanan.

"Ehh bego, tuh rak makanan kalo ambruk lo mau ganti rugi hah?." Yangyang menegurnya. Renjun harusnya bisa berpikir panjang, dia harus bisa menenangkan pikirannya. Nafsu memang susah dikendalikan, tapi saat nafsu menguasai tubuh seseorang, dia akan lupa semuanya.

"Tapi Jaemin gimana Yang."

"Gue tau. Kita harus bantu Jaemin. Tapi nggak sekarang. Kita harus bikin rencana. Jaemin bilang dia bakalan di bawa ke rumah sakit seminggu lagi. Kita bisa jenguk dia."

"Seminggu itu lama. Gue gak bisa bayangin didalem gudang gelap cuma makan roti sama minum air."

"Jaemin pasti udah bisa ngatasin itu. Dia udah disiksa kaya gitu lama."

APUS | HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang