Jaemin dan Lukisan

75 8 0
                                    

Renjun berangkat sekolah seperti biasa, baik bis sekitar 30 menit. Sampai di sekolah tak ada gangguan Haechan seperti hari-hari sebelumnya, untung saja.

"Tumben nggak sama Yangyang."

Jeno memulai pembicaraan setelah dia mendekati Renjun saat berjalan menuju kelasnya. Mereka sedang berjalan di koridor.

Ada rasa heran dari Renjun tatkala tau Jeno mengajaknya bicara. Padahal menurut pengamatan Renjun selama setahun dia satu kelas dengan Jeno, belum pernah dia terlihat ngobrol dengan siswa lain. Pun dengan dirinya.

"Nggak, Yangyang katanya bakalan telat, ada urusan." Jawab Renjun sedikit santai.

"Emang rumah kalian jauhan?"

"Cuma di belokan akhir kita beda jalan."

Jeno mengangguk mengiyakan dengan arti dia tau belokan itu atau dia hanya mengangguk saja.

"Ngapain lo berdua?" Ucap Yangyang yang sudah stand by di depan pintu kelas.

"Loh, bukannya lo ada urusan?" Tanya Renjun.

"Urusan gue udah selesai. Btw lo kenapa bareng Renjun?" Tanya Yangyang pada Jeno, dia merasa curiga pada Jeno.

"Ketemu di jalan."

"Jangan lo hasut Renjun jadi sekte pendiam kaya lo ya. Jangan hasut dia buat terus belajar sama kaya lo. Entar gue nggak punya temen."

Jeno menghela nafas, dia pikir Yangyang akan menduga ke arah yang lain, ternyata.

"Aman, gue nggak bakal tergoda buat jadi sekte dia." Renjun yang menjawab dengan sedikit candaan.

"Bagus, lo harus tetep jadi Renjun, jangan jadi Jeno."

Jeno yang malas mendengar dua burung perkutut ngobrol memutuskan untuk masuk ke kelasnya duluan.

"Ngobrol apaan aja sama tu anak Jun?" Tanya kepo seorang Yangyang pada Renjun.

"Dia cuma nanya doang."

"Nanya apa?"

"Nanya rumah gue udah ada penangkal petirnya belom katanya." Renjun tak mau serius dengan Yangyang. Dia ingin sedikit membodohi Yangyang.

"Hah? Pertanyaan aneh macam apa itu. Pagi-pagi nanyain penangkal petir. Emang aneh tuh orang, lo jangan sampe terlalu deket sama dia, entar lo ketularan anehnya Jun."

Renjun hanya tersenyum-senyum lantas mengangguk saja atas jawaban Yangyang. Entahlah, bagi Renjun dia lah yang aneh, bukan Jeno.

Renjun duduk di kursinya, diikuti oleh Yangyang yang masih terus bertanya tentang Jeno. Padahal disisi lain, Jeno terus memperhatikannya.

Jam istirahat.

Di kantin Renjun kini duduk satu meja dengan Haechan, ada Yangyang juga sih, sepaket soalnya. Awalnya Renjun hanya akan membeli air mineral saja. Tapi setelah Haechan dan es krim coklat di tangannya datang, dia memilih duduk. Renjun goyah dengan es krim.

"Sejak kapan lo berdua akur? Kemaren gue masih liat idung lo berdarah Chan gara-gara Renjun." Tanya Yangyang yang melihat sedikit keanehan di depannya.

"Kemaren, di toko roti." Jawab santai Haechan.

Yangyang terkejut. Sebentar, toko roti? Mereka berdua? Haechan dan Renjun?

"Jangan mikir macem-macem. Haechan disuruh bunda gue buat liat-liat toko roti itu, gue disuruh ikut." Ucap Renjun.

Yangyang kembali memutar otaknya. Haechan disuruh bunda Renjun? Apa mereka jadi sedeket itu sampe Bunda udah kenal Haechan lebih jauh.

"Dibilang jangan mikir macem-macem. Haechan udah beberapa kali ke rumah buat nyobain kue buatan Bunda, jadi dia udah kenal Bunda." Renjun kembali menjelaskan.

APUS | HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang