Misteri Kematian

76 3 0
                                    

"Jun, Yoshi bunuh diri."

Berita pertama di pagi hari yang membuat Renjun menangis. Berita itu Yangyang sampaikan setelah dia mengetahuinya dari orang lain.

Renjun menunduk, dia takut. Yoshi adalah temannya. Dia yang selalu semangat mengajaknya melukis. Meskipun mereka tak cukup dekat, tapi Renjun sangat bersyukur memilki teman seperti Yoshi.

Dia harus apa hari ini. Padahal kemarin Renjun berencana, hari ini dia akan mulai melukis. Dia sudah mendapatkan ide lukisannya. Tapi demi mendengar berita Yoshi pagi ini. Renjun urung.

Yangyang tiba pukul 10 di rumah Renjun. Dia tau Renjun akan sedih mendengar kabar ini, makannya dia dengan cepat datang ke rumah Renjun.

"Jun, perkara Jaemin itu kayanya kita harus mundur." Ada ketakutan yang Yangyang tutupi.

"Kenapa?"

"Gue dapet berita ini dari Jihoon. Dia anak UKS itu, temennya Yoshi. Dia bilang keluarga Yoshi tiba-tiba jatuh miskin. Mereka bangkrut dalam waktu seminggu. Ayah sama ibunya Yoshi berantem hebat, sampe KDRT. Ibu Yoshi dirawat di rumah sakit. Sedangkan ayahnya di tahan di penjara. Setelah gue cari tau lagi perusahan ayahnya Yoshi. Ternyata perusahaan itu ada kerjasama sama perusahaan ayahnya Jaemin."

"Jadi maksud lo, semua kekacauan Yoshi akibat dari ayahnya Jaemin?"

"Gue masih abu-abu. Cuma kayanya iya. Tapi darimana atau kenapa itu terjadi gue gak tau. Yang pasti gue lagi cari tau lagi."

"Gue gak tau harus kaya gimana sekarang."

"Menurut gue, mending kita mundur aja dari rencana nyelametin Jaemin. Resikonya terlalu gede Jun. Rencana gue kemarin pun kayanya harus kita batalin. Yang bisa kita lakuin paling ngucapin selamat tinggal aja sama Jaemin di bandara. Gue punya caranya."

"Gue... Takut... Semuanya."

"Jun denger. Tugas lo saat ini cuma ngelukis. Acara Art Fair bentar lagi, lo harus ikut. Singkirin pikiran lo tentang Jaemin dan Yoshi. Biar gue sama Haechan yang urus."

Renjun merenung. Dia ingin menolong orang lain, tapi dia takut. Takut semua hal yang dia punya saat ini menghilang begitu saja.

***

"Bu saya cuma mau bertanya beberapa hal. Apa ibu berkenan untuk menjawab pertanyaan saya?"

"Boleh nak. Boleh silahkan."

"Perusahaan suami ibu udah kerjasama dengan perusahaan tersebut berapa lama?"

"Sekitar 5 tahun. Tak pernah ada masalah diantara kita awalnya. Hanya saja, entah kenapa sebulan yang lalu perusahaan itu menagih hutang. Angkanya sangat tidak masuk akal. Dan juga kami tidak pernah punya hutang tersebut."

"Lantas alasan apa yang membuat suami ibu melakukan ini pada ibu."

Ibu Yoshi terdiam sesaat. Sepertinya dia menimbang sesuatu.

"Di minggu kedua anak kami Yoshi tiba-tiba ketakutan. Katanya dia diikuti oleh beberapa orang berseragam hitam. Awalnya kami kira itu hanya orang-orang iseng. Ternyata itu suruhan. Hingga 3 hari setelah kejadian itu, Yoshi pulang sambil menangis. Kakinya pincang. Baju dan celananya sobek.

Ibu Yoshi menitikkan air matanya. Sepertinya ini cerita yang berat untuknya bicarakan.

"Yoshi bilang dia dilecehkan beberapa orang. Dia dibawa ke bangunan kosong. Dia di lecehkan oleh beberapa laki-laki. Kami tanya siapa orangnya, tapi dia tidak mengenalnya. Hingga satu malam ada paket yang datang ke rumah kami. Itu foto Yoshi, foto Yoshi yang tengah dilecehkan.

Air mata keluar menembus pertahanan. Ibu Yoshi terlalu lemah untuk menceritakan semua kejadian ini. Dia tak kuasa menahannya.

"Saat kami melihat semua foto itu ada sebuah kertas dengan tulisan mengancam. Akhirnya kami tahu, bahwa yang melakukan itu semua ternyata suruhan dia. Disitulah Ayah Yoshi murka, dia berusaha membunuh saya dengan alasan saya tidak bisa menjaga putra kami. Perusahaan itu yang membuat Yoshi seperti itu. Mereka harus mati Nak, mereka harus mati."

APUS | HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang