Semuanya Pergi

73 8 2
                                    

Malam itu juga Yangyang menyerahkan diri ke polisi. Dia memberikan semua bukti tentang kebakaran itu. Tapi sebelum itu dia menitipkan ibunya pada Jeno. Meskipun Jeno menaruh marah padanya tapi dia berjanji akan membantu ibunya.

Renjun masih tak percaya, dia masih tak bisa menelan cerita ini. Seakan dia harus menelan duri yang begitu tajam. Haechan disampingnya terus menenangkannya. Dia tak pernah melepaskan pelukannya.

Jeno duduk di sofa. Dia masih kacau. Banyak sekali pikirannya saat ini. Otaknya seperti akan meledak. Otaknya tak mampu menampung semua ini.

Ponsel Jeno berdering, telpon dari Jisung adiknya. Jisung menyuruhnya pulang, ayahnya sedang menunggu. Baiklah Jeno akan istirahat malam ini. Terlalu berat jika semua ini harus terus dia pikirkan. Biarkan semua ini berjalan saja. Jeno terlalu lemah untuk fakta yang satu ini.

Jeno pergi meninggalkan Haechan dan Renjun. Jeno naik taxi saja malam ini. Dia ingin tenang.

***

"Anak sialan. Kenapa dia bunuh diri dengan cara seperti itu hah. Apa dia tak memikirkan berapa uang yang aku keluarkan untuknya. Dasar anak sialan." Ayah Jaemin baru menerima jika Jaemin dibawa ke rumah sakit setelah di temukan tak sadarkan diri di asrama sekolahnya. Dia ditemukan dengan kulit yang membiru, mulut penuh dengan cairan bening. Di duga Jaemin melakukan tindakan bunuh diri.

"Terus apa yang akan selanjutnya kamu lakukan?" Ibu Jaemin dari samping meja kerja bertanya. Dia sepertinya tak sedih mendengar berita itu.

"Aku akan memutus semua hal tentang anak itu. Aku akan menyuruh pesuruh itu pulang. Uang ku akan habis jika mereka hanya duduk diam disana."

"Berita yang akan keluar bagaimana?"

"Kita bisa bayar mereka."

***

Pukul 1 malam, Jeno masih duduk diam di atas kasurnya. Dia masih memikirkan semua hal yang terjadi. Sepertinya terlalu cepat ini semua terjadi.

Ponselnya berbunyi, ada notif dari grup sekolah.

'Seorang pelajar berinisial J ditemukan meninggal dengan keadaan mengenaskan di apartemen pribadi miliknya. Untuk saat ini polisi sekitar menyimpulkan jika ini adalah tidak perampokan. Karena beberapa barang milik korban hilang dan apartemen ditemukan dengan keadaan berantakan.'

Air mata Jeno turun. Setelah dia menahannya sejak kemarin, akhirnya air mata itu keluar. Dia memang membenci Jaemin, dia memang ingin Jaemin mati saja. Tapi entah kenapa, melihat berita tersebut seperti ada sesuatu yang menyayat hatinya. Seperti ada sesuatu yang melukai hatinya.

Jeno menghapus air matanya. Dia tak mau menyia-nyiakan air matanya untuk seseorang yang amat dia benci.

Jeno merebahkan tubuhnya, rasanya lelah sekali. Tubuhnya seperti tak bertenaga lagi saat ini. Dia harus istirahat. Otaknya harus berhenti sejenak memikirkan semua hal itu.

Sementara itu, Renjun masih menangis tersedu. Dia tak bisa menghentikan air matanya. Rasa lelah sebenarnya menghinggapi tubuhnya, tapi hatinya tak bisa tenang. Sakit sekali hingga membuat semua tubuhnya seperti dicabik.

Haechan mengajaknya untuk tidur. Dia tak bisa terus menerus duduk di sofa sembari melihat Renjun terus menangis.

Akhirnya Renjun mau, dia pergi ke kamarnya tanpa melepaskan tangannya dari Haechan.

Haechan tidur di samping Renjun, dia masih memeluknya. Renjun bersyukur Haechan setia menemaninya. Dia tak pernah berkata lelah, dia tak pernah mengeluh. Renjun sangat mencintai Haechan.

Haechan mengelus rambut Renjun, dia sama sakitnya dengan Renjun. Tapi sepertinya dia tak bisa mengutarakan jika dirinya juga sesakit itu. Tak ada bahu untuk Renjun bersandar. Renjun butuh seseorang yang kuat. Maka dia sebisa mungkin menguatkan dirinya sendiri.

APUS | HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang