Pagi hari Jeno pulang dari rumah Renjun. Dia sudah memastikan dan memberitahu Haechan tentang rencana panitia Art Fair itu. Semoga saja mereka tidak nekat datang ke rumah Renjun.
Jeno sampai di rumahnya. Ayahnya langsung bertanya keadaan Renjun. Dia cemas saat mendengar bagimana kabar temannya itu. Jeno menjelaskan semuanya secara rinci. Ibunya menitikkan air mata mendengar ceritanya.
"Semoga dia diberi kekuatan." Ucap Ibu Jeno.
"Bawa aja kak pacar kakak kesini. Biar aku hibur." Jisung yang bicara. Dia mendengarkan sejak tadi dari sofa sembari bermain konsol.
"Renjun cuma temen."
"Alah, temen katanya."
"Agak kurang ajar ya lo."
Jisung diam, dia tidak mau melanjutkannya.
Jeno masuk ke kamarnya setelah Ayah dan Ibunya sudah tak bertanya lagi tentang Renjun. Dia duduk di meja belajarnya, membuka laptop, mengetikan sesuatu lantas menutupnya kembali.
Jeno memegangi kepalanya. Rasanya seperti akan meledak saja kepala ini. Dia tak kuat dengan semua hal yang terjadi di sekelilingnya. Terlalu banyak hal diluar kemampuannya yang terjadi.
Ponselnya berbunyi, ada notifikasi masuk. Itu dari Haechan. Karena Jeno tak suka saling berbalas pesan, dia menelpon Haechan saja.
"Apa?" Jeno bertanya dahulu.
'lo bisa kesini?' Ucap Haechan di ujung sana.
"Buat apa?"
'Kemaren gue liat lo bikin Renjun senyum. Gue gak bisa lakuin itu.'
"Gue juga gak tau caranya gimana. Lo harusnya lebih tau itu."
'Gue gak akan minta tolong lo lagi. Please buat kali ini aja. Gue gak tega liat dia.'
Jeno menimbang. Bukan masalah dia tak mau menemani Renjun. Tapi ada masalah besar yang tak bisa dia pecahkan. Entah bagaimana masalah itu akan muncul dan bagaimana cara menyelesaikannya. Dia harus berpikir.
"Nanti sore gue dateng. Gue gak bisa sekarang."
'Oke.'
Telpon itu terputus. Jeno lelah dengan semua ini. Bukannya Haechan yang memiliki status bersama Renjun, kenapa dia yang harus menghiburnya. Dan kenapa juga Jeno harus memiliki masalah lain. Jeno harus mengungkapkan masalah kematian Yoshi. Dia juga harus mengungkap siapa dalang dari kebakaran toko kue bunda Renjun.
Jeno kewalahan, dia tak bisa memikirkannya sendirian. Karena jika ada sedikit saja kesalahannya, maka Ayah Jaemin tak akan segan-segan melakukan sesuatu yang lebih kejam.
Jeno membuka kembali laptopnya, ada beberapa tambahan yang harus dia tuliskan sebelum dirinya lupa. Tapi saat Jeno mengetikan semua itu, ada email masuk. Siapa yang mengirim itu pikir Jeno. Email yang dia pakai di laptopnya bukan email publik. Dia tak pernah memberikan email itu pada siapapun, kecuali ...
Jaemin.
Jeno buru-buru membuka email itu. Jaemin tak menuliskan apapun disana. Dia hanya mengirimkan sebuah link drive. Entah apa itu isinya. Awalnya Jeno ragu ingin membuka itu. Tapi karena rasa penasarannya, dia membukanya.
Jeno terkejut, isi drive tersebut adalah bukti. Bukti kecurangan dan kejahatan Ayahnya Jaemin. Foto, Video dan file tersusun disana. Semua ini lengkap.
Ada bukti kecurangan dia saat menyogok guru untuk membuat Jaemin unggul. Ada juga bukti saat dia menyogok guru agar soal ujian diberikan diawal untuk Jaemin. Bukti-bukti itu jelas sekali, bukan editan.
Jeno terus menyelam di drive tersebut. Dia mendownloadnya. Dia memilah apa-apa saja yang dia butuhkan. Hingga tersusunlah bukti-bukti jelas tentang kejahatan Ayahnya Jaemin. Ini akan sangat mudah membuatnya terjatuh. Jeno akan membalaskan dendam ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
APUS | HyuckRen
Teen FictionAda banyak cerita yang dilalui Renjun. Dari mulai pertemanan, percintaan dan pengkhianatan. Banyak yang datang dari masa depan, tapi ada yang kembali dari masa lalu. Renjun tak sendiri sekarang, dia memiliki banyak teman. Dia tau, dunia akan terus b...