Beberapa bulan kemudian, aku berangkat ke sekolah lagi, karena kakiku masih sakit jadi aku harus memakai sandal saat di sekolah, dan aku kemudian menjalani pembelajaran seperti biasanya, dan teman-temanku masih menyimpan kado yang mereka peroleh saat lomba, dan memintaku untuk mengambilnya namun aku tidak enakan jadi orang, karena aku tidak ikut dalam perlombaan jadi aku malu,
"Sya...., iki lo jajan njupuk o" (sya....., ini lo jajan, ambil aja), ucap salah satu temanku
"panganen ae cah aku gak melu lomba mosok melu mangan" (makan aja gaes, aku ga ikut lomba masa ikut makan), ucapku
"halah, nyapo lo, iki jajan ngge kabeh, ra melu o yo rapopo, iki kan seng oleh sak kelas berarti seng mangan yo sak kelas"(alah, kenapa lo, ini jajan buat semua, ga ikut juga ga papa, ini kan yang dapet satu kelas jadi yang makan ya satu kelas), ucap temanku
"Oke, aku njupuk iki yo cah" (oke, aku ambil ini ya gaes), ucapku
"Yoi, liane seng udung oleh gek njupok selak di entekne ki engko" (yoi, yang lain yang belum dapet, buruan ambil keburu kehabisan nanti),ucap salah satu temanku
Dan setelah semua mendapat bagian, kami pun makan, dan aku tidak lupa memberi kabar sebuah foto menunjukkan bahwa aku sedang makan jajan
*foto
"yang, maem sek, maem jajan ko hadiah lomba" (yang, makan dulu, makan jajan dari hadiah lomba), pesanku
"Iyya", balasnya
"aku ndi?" ( aku mana? ), tanyanya
"rene o" ( kesini o ), ucapku
"oleh?" ( boleh? )
"oleh sopo gak ngole i" (boleh, siapa yang ga bolehin), balasku
"tapi sek sekolah i pye?" (tapi masih sekolah nih gimana?), balasnya
"yowes sampean beli ae" (yaudah kamu beli aja), balasku
"alah.....", ucapnya
"ulululu, kesini o lek mau tak cepak i" (ululu, kesini aja kalo mau, ku siapin), balasku
"iyya ws" (iya udah), balasnya
"mpun maem sayangku?" (sudah makan sayangku?), tanyaku
"iki arepe neng kantin" (ini mau ke kantin), balasnya
"owalaa, oke", balasku
"vc yuk, tapi dibisukan", ajaknya
"yukk", balasku
"Dringggg........Dring........Dringggg...", dering hp ku
"haloo......", ucapnya
"haloo....", jawabku
"istirahat e?", tanyanya
"oga, ga ono gurune" (nggak, nggak ada gurunya), balasku
"owala", jawabnya
"la kamu?", tanyaku
"istirahat, tuku ki" (istirahat, beli ni), ucapnya
"woke", ucapku
"kamu kat mau pelajaran po oga?" (kamu dari tadi pelajaran apa nggak?) tanyaku
"enek pelajaran mau" ( ada pelajaran tadi), ucapnya
"la sampean?" (la kamu?), tanyanya
"ndak enek, dadi pileh turu" (ga ada, jadi milih tidur), jawabku
"enak men" (enak banget), ucapnya
"penak lah" (enak lah),balasku
"sek, tak balek neng kelas" (bentar, aku mau balik ke kelas), ucapnya
"Oke", jawabku
"ati-ati yang", tambahku
"he'em" jawabnya
Dan Azizan pun kembali ke kelas dengan posisi masih ber vc denganku, dan telfonnya tidak di bisukan ataupun tidak di matikan, dia sangat menjaga perasaanku dan aku harap ini tidak sementara tapi selamanya sampai kami mempunyai keluarga.
Bagaimana bisa aku mempunyai harapan setinggi itu, karena sepertinya tidak mungkin karena aku sadar satu hal bahwa seorang santri jodohnya adalah seorang santri dan itu pun tidak akan pernah bisa diungkiri sama sekali.
Tapi, apakah kali ini aku boleh berharap sekali saja, tak apa jika harapan itu sirna jika suatu saat nanti memang tak bisa untuk bersama tapi, izinkan aku untuk berharap sekali ini saja kalau aku akan bahagia bersamanya, karena saat itu aku menganggapnya sebagai duniaku bukan lagi sebagai seorang laki-laki yang tak ku kenal.
Walau kebahagiaan ini mungkin akan sementara, tapi aku ingin merasakan kebahagiaan ini bersamanya, jadi aku harap semoga ini bukan hanya sekedar harapan tetapi sebuah kenyataan
...
KAMU SEDANG MEMBACA
SANTRI YANG KU TUNGGU
Non-FictionBerpacaran dengan seorang santri sepertinya adalah hal bodoh yang aku lakukan, namun di saat aku mencoba untuk menjauhinya ia malah datang ke dalam mimpiku sambil berkata untuk menunggunya, aku bingung dengan semua ini, aku pun ingin mengakhiri ceri...