Chapter 54

15 4 0
                                    

Beberapa hari kemudian, ternyata kebohonganku pada Dika terbongkar, Dika sudah tau jika aku belum putus dengan Azizan, dan Dika kamudian menghubungi temanku yang bernama Andini agar aku putus dengan Azizan.

"Jarene pacarmu selingkuh to?, putuso elo" (katanya pacar kamu selingkuh kan?, putus aja lah), pesan Andini

"ogak lahh" (gamau lah), balasku

"ngeyel tenan bocah iki, timbang kelaran-laran" (keras kepala beneran ini anak, daripada sakit-sakitan), ucapnya

"ogak-ogak, tenang ae" (nggak-nggak, tenang aja), balasku

"yoweslah sak karepmu, lek loro ati ojo nanges" (yaudahlah terserah kamu, kalau sakit hati jangan nangis), balasnya

"hooh hooh wes to" (iya, iya, sudah lah), balasku

Dengan keyakinan penuh ku, aku mengatakan hal itu kepada Andini, karena aku percaya bahwa aku kuat menghadapinya dan aku kuat jika aku bertahan dengannya karena aku mencintainya, dan aku yakin bahwa dia tidak akan pernah mengulangi hal yang sama kepadaku lagi.

Hubunganku dengan Muhammad Azizan Zainuroin masih berjalan baik-baik saja dan aku juga bahagia dengannya, sampai pada akhirnya entah mengapa ingatan itu masih terbayang dan ada, tentang sebuah pengkhianatan yang berkali-kali dan aku melihat dengan mata kepala ku sendiri.

Dan setiap aku melihat wajahnya yang tampan, aku selalu saja membayangkan kejadian yang tak pernah aku inginkan terjadi, hingga pada masanya, aku di beri sebuah pesan oleh teman ku bahwa aku harus putus dengannya, tapi aku selalu menolak karena dengan alasan di awal bahwa aku pasti bisa untuk melewati semuanya.

Hingga akhirnya aku kalah dengan diriku sendiri, pengkhianatan yang seharusnya aku lupakan malah membuatku semakin terpuruk dan aku tidak bisa menerima semua ini, dan apakah aku harus melepaskannya begitu saja?, sedangkan aku saja masih mencintainya.

Dan aku selalu berharap jika dia cinta terakhirku, dan aku berharap jika dia adalah orang yang singgah untuk yang terakhir kalinya, namun aku salah dengan diriku sendiri, aku tidak munafik dengan diri ku sendiri.

Karena sebenarnya, perselingkuhan adalah hal yang tidak bisa aku maafkan karena aku sangat benci dengan sebuah kata perselingkuhan dan aku tidak tahan selalu dibayangi dengan perselingkuhannya waktu itu.

Ya, memang benar, di awal kejadian itu, aku merasa bahwa aku bisa untuk bertahan dengannya, namun sayangnya aku kalah dengan semua itu dan malah mengakhiri hubunganku dengan Muhammad Azizan Zainuroin.

"Zan?", pesanku

"iya sayangku, cintaku, manisku", jawabnya

"kayaknya kita sampe disini aja", ucapku

"loh kenapa?", tanyanya

"kita putus aja", jawabku

"emoh..." (gak mau), jawabnya

"nyapo?" (kenapa?), tanyaku

Dibalik kata kenapa aku sudah tidak mampu lagi ketika mengingat semua itu dari Dika, aku disini mengajaknya putus bukan karena omongan dari Dika maupun Andini, tetapi dari logika ku yang berjalan.

Aku juga tidak mengerti kenapa semua ini terjadi, dan kenapa aku malah menggunakan logika ku sehingga hubunganku dengannya berakhir dengan sangat cepat, entah mengapa aku ingin mendengar jawaban tidak dari mulutnya.

Tapi....

...

SANTRI YANG KU TUNGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang