Chapter 37

14 3 0
                                    

Keesokan harinya aku bangun pukul 03.45 WIB, dan aku kemudian membangunkan Zizan lewat whatsapp.

"sayang, wes tangi durung?" (sayang, udah bangun belum?), Varesya 

"sampun" (udah), balas Zizan

"yang telfon yoh" (yang ayo telfon), pesanku

"yoh"(ayo), balasnya

"sampean disek opo aku disek?" (kamu dulu apa aku dulu?), tanya Azizan

"aku sek ae yang seng telfon" (aku dulu aja yang, yang telfon), jawabku

"iyaaa", jawabnya

Dan aku kemudian, menelfonnya dan kami pun berbicara satu sama lain,

"haloo....", ucapku

"halo....", jawabnya

"wes macak yang?" (sudah dandan yang?), tanya Zizan

"iki sek macak" (ini masih dandan), jawabku

"gek ndang, gek budal sekolah" ( yaudah cepetan, terus berangkat sekolah), ucap Azizan 

"sek yang, sek gincunan iki" (bentar yang, masih lipstikkan ini), jawabku

"hooh wes" (iya udah}, jawabnya

"tuutt.....tuutt....", suara dari hp ku, yang menandakan beralih ke vidcall

Dan aku kemudian mengalihkan ke vidcall dan kemudian aku menunjukkan kepadanya bahwa aku masih sibuk berdandan,

"sek macak yang" (masih dandan yang), ucapku

"hooh lanjutkan humairahku, aku yo sek mbenakne rambut" (iyaa, lanjutkan humairahku, aku juga masih benerin rambut), jawabnya

"uwes?, selak awan iki gak ndang budal" (udah?, keburu siang ini kalo gak cepetan berangkat), ucap Azizan

"iyaaaa sayangkuuu", jawabku

Dan waktu sudah menunjukkan pukul 06.15 WIB, dan Azizan berpamitan untuk berangkat kesekolah duluan kepadaku dengan nada yang lembut

"ya humairahku, aku arep budal sekolah disek ya, gek ndang budal sampean yok an" (ya humairahku, aku mau berangkat sekolah dulu ya, ayo cepet berangkat kamunya), ucap Zizan

"Oke, aku yo arep otw iki sayang" (oke aku juga mau otw ini sayang), jawabku

"he'em, dipateni po gak?" (he'em, di matiin apa nggak?), tanyanya

"terserah", jawabku

"gak usah ae wes" (gausah aja deh), jawabnya

"Oke", jawabku

"berangkat dulu ya humairahku", uccap Zizan

"iyaaaa sayangkuu....", jawabku

Dan kemudian, aku meletakkan handphoneku di dasbor motor dan mengendarai motorku ke rumah temanku, karena aku biasanya berangkat bareng sama Nindiya (temanku), dan sesampainya di rumah temanku, telfonku dengan Zizan tidak terputus sama sekali sampai kami sampai di sekolah.

Di setiap telfon, Zizan berbicara dengan temannya di sekolah dan aku tidak tau apa yang dia bicarakan, aku hanya memegang telfonku yang masih terhubung telfonnya dengannya.

Sampai di sekolah, aku kemudian melaksanakan apel pagi dan telfon itu belum ku matikan sama sekali dan seperti yang aku lakukan aku selalu bicara kegiatan apa yang akan ku lakukan saat itu,

"sayangg.... aku apel pagi sek ya" (sayang.... aku apel pagi dulu ya), ucapku

"iyaaaa....", balasnya 

Siapa sangka sampai apel pagi telah selesai, telfon ku dengannya tidak dia matikan sama sekali, dan kemudian saat aku kembali aku melanjutkan telfonku dengannya,

"assalamu'alaikum", ucapku

"wa'alaikumsalam",jawabnya

"wes mari e apel e?" (udah selesai apelnya?), tanyanya

"wes" (udah), jawabku

"aku pe maem sek ya" (aku mau makan dulu ya), ucapku kepadanya

"hooh", jawabnya

Dan aku kemudian makan bersama dengan teman-temanku dan kemudian aku pun bercanda dengan teman-temanku sedangkan dia sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya, dan kemudian selang beberapa waktu kemudian, guruku datang dan memulai pelajaran, dan telfonku dengannya pun dimatikan karena takut mengganggu pembelajaran.

Saat dia menutup telfonnya dia berkata

"seng tenan nggih nek belajar cah ayu" ( yang giat belajarnya ya anak cantik)

Aku yang salting dengan ucapannya hanya mampu tersenyum-senyum sendiri dengan pesan yang ia kirimkan untukku dan aku pun menjawabnya,

"nggih mas" (iya mas)

...

SANTRI YANG KU TUNGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang