Setelah aku mematikan telfonku dengan Azizan, kemudian ketika istirahat, Azizan kembali menelfonku.
“Dringg.....Dringg......”, dering hp ku yang ku sematkan
Lalu kemudian ku angkat telfonnya,
“halo, assalamu'alaikum humairahku", ucapnya
“waalaikumsalam”, ucapku
“saman sek nyapo?”, tanyanya
“istirahat iki yang”, jawabku
“Np yang?” tanyaku lewat telfon
“kepengen telfon”, ucapnya
“oke", ucapku
“wes mam?”, tanyanya
“iki lagi mam", jawabku
“owlh, bawa bekal to?”, tanyanya
“heem”, jawabku sambil memakan satu suap nasi
“kamu wes mam?” tanyaku
“tas ae ko kantin”, ucapnya
“owalah”, jawabku
“huuh", jawabnya
“yauwes yang sampean maem o”, ucapnya
“loh gpp lo, tak sambil maem yo gapopo, aku yo gak sibuk og”, jawabku
“oke deh”, ucapnya
Dan kemudian aku pun melanjutkan makan san juga mengobrol dengan teman-temanku. Dia pun juga sama mengobrol dengan teman-temannya tapi kami masih bertelfonan dan tanpa berfikir akan mematikan telponnya.
Aku menghargainya dengan caraku, dan akan ku rajakan seperti dia merajakan ku.
Asal kalian tau, itu adalah telfon pertama antara aku dan dia karena aku dan dia belum pernah bertelfonan sama sekali, dan tak pernah berbicara lewat vn sekalipun.
Ya, semua itu benar, aku hanya berbicara dengannya lewat via wa , dan mulai dari situlah kami berkomunikasi lewat via wa dan juga lewat telfon.
Hubungan paling aneh, ya memang aneh karena mana ada orang sudah virtual tidak pernah berkomunikasi lewat telfon dan tidak pernah bertemu untuk saling bersapa.
•••
Setelah beberapa menit kemudian, dia pun menutup telfonnya dan berkata dengan lembut.
“yang wes jam masok i, aku enek pelajaran, guru ku teko iki, telfonne panggah empan opo mati sembarang, tapi tak bisukan ya soale pelajaran”, ucapnya.
“tak pateni aja yang, sampean nko keganggu”, ucapku
“gak lah lek ngganggu, kan aku seng bisukan”, ucapnya
“ojo yang, kamu nko gak fokus”, ucapku
“yowes lekno”, ucapnya
“iyaaa, tak tutup ya telfonnya, assalamu'alaikum”, ucapku
“waalaikumsalam, seng semangat sekolah e, digatekne tenan lo ya pelajaran e", ucapnya
“iyaaaa, kamu yo kudu semangat, dada”, ucapku
“dadaaaa......” ucapnya
“tut.....tut...tut....”, suara telfon telah mati
Lalu kemudian, temanku bertanya,
“pacarmu e va?” tanya Laila
“sopo neh, pacarku tercinta og”, jawabku
“hiii......, nggilani bocah iki kebucinen", ucap Laila
“ben, bucin tapi aku setia, timbang dirimu dan dirimu (sambil menunjuk ke arah Laila dan juga Nindiya), kakean lanangan”, ucapku
“lah kene seng di golek i, cowok berduit, timbang lananganmu ra metu duwet", ucap Laila
“lah, yo ben ra metu duwet, aku kan ga matre", ucapku
“Huh......”, Laila menghembuskan nafasnya karena menahan marah denganku
“sak karepmu va²”, ucapnya
“hhhh", tawaku
Lalu kemudian, jam masuk pun telah tiba, aku dan teman-temanku yang awalnya duduk lesehan di belakang bangku, langsung menutup makanan kami dan kemudian, kami duduk di bangku kami masing-masing karena pelajaran kami segera di mulai.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SANTRI YANG KU TUNGGU
No FicciónBerpacaran dengan seorang santri sepertinya adalah hal bodoh yang aku lakukan, namun di saat aku mencoba untuk menjauhinya ia malah datang ke dalam mimpiku sambil berkata untuk menunggunya, aku bingung dengan semua ini, aku pun ingin mengakhiri ceri...