Chapter 51

22 3 0
                                    

Hari-hari telah berlalu, dan hubunganku dengannya sangat baik-baik saja hingga akhirnya aku mendengar satu kabar dari temanku yang bernama Dika, orang yang mengenalkanku pada Muhammad Azizan Zainuroin dengan sebuah kabar yang mengejutkan.

"Va, pacarmu chat karo cewek" (Va, pacar kamu chat sama cewek), ucapnya

"Deg..........", rasanya jantungku berhenti berdetak ketika mendengar semua itu

"iki caht e (sambil mengirim foto berisi chattan Azizan dengan seorang perempuan)" (ini chatnya), tambahnya

Disitu aku hanya menangis dengan menutup mulutku agar tidak ada yang mendengarku menangis, rasanya hatiku teriris dengan sebuah belati yang entah belati itu datang dari mana, dan darah yang selalu bercucuran deras dengan ditambah tangis yang tak kunjung berhenti ketika tangisanku pecah.

Aku hanya menangis dan menangis dan mencoba tetap tegarr dengan menerima semuanya dan aku berharap bahwa chat di dm ig itu hanya sebuah kebohongan semata yang di tunjukkan kepadaku dan itu hanya sebuah candaan yang di beri tahu kepadaku.

Hingga akhirnya pukul 23.01 WIB, aku mengetahui kebenaran dari mulutnya, 

"halo.....", ucapku

"halo.....", jawabnya

"Assalamu'alaikum", salamku

"waalaikumsalam", salamnya

"aku mau tanya sesuatu boleh?", tanyaku

"boleh", jawabnya

"ini kamu (sambil mengirim foto ke whatsappnya)", tanyaku

"ha?, mana lo", tanyanya

"liat aja pesanku", ucapku

*foto chat

Dengan terkejutnya, Azizan menjawab pesanku dengan ragu dan tidak pasti 

"oleh ko ndi?" (dapat dari mana?), tanyanya

"yo pokok enek" (ya pokoknya ada), jawabku

"dadi wi pener dm man mu?" (jadi itu bener dm an kamu?), tanyaku

"iya", jawabnya

"Deg.......", dan suasana pun hening

Aku menutupi speker yang ada di ponselku dan menangis sejadi-jadinya di malam itu dan kemudian aku berfikir, apa dia tidak bahagia denganku?, apa dia tidak senang denganku?, apa aku banyak kurangnya?, dan kesimpulanku adalah iya, karena tidak mungkin laki-laki ku bisa seperti itu jika aku sempurna di matanya.

"k-kamu s-sama d-dia", ucapku dengan tangan gemetar

"maaf", satu ucapan dari mulutnya

"aku gak bermaksud, entah kenapa, aku tertarik chattan sama dia", ucapnya

Jantungku serasa berhenti berdetak saat itu, dan aku tak henti-hentinya berucap istighfar dan memegang dadaku untuk menguatkan hatiku yang sesak dan tangan yang bergetar. Aku hanya bisa melihat wajah setulus itu, wajah semanis itu, bisa memberikan luka sehebat ini?.

Bahkan aku tidak percaya dengan semua itu, aku berharap ini hanya khayalan semata dan itu tidak pernah terjadi, tapi apa ini?, bukti dan ucapannya saja sudah jelas, hatiku teriris, aku tidak percaya dengan semua ini.

Dan aku menegarkan hatiku dan kemudian berkata kepadanya dengan penuh keseriusan,

"nyapo?, nyapo kok ngene?" (kenapa?, kenapa kok begini?), tanyaku di telfon

"maaf aku khilaf", ucapnya sambil menangis

"aku salah opo?" (aku salah apa?), tanyaku

"aku seng salah, maaf" (aku yang salah, maaf), ucapnya sambil menangis

"maaf yang, hiks....hiks...", ucapnya sambil menangis

...

SANTRI YANG KU TUNGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang