Chapter 50

15 3 0
                                    

Walaupun begitu aku masih menerimanya dengan baik, apakah aku salah?, aku tidak tau apakah aku salah atau tidak karena yang ku tau adalah aku masih ingin bertahan dengannya dan menerima kekurangan dan segala kelebihannya.

Hubunganku dengannya masih baik-baik saja dan tidak ada halangan, tapi sejak saat itu aku agak cuek dengannya, entah kenapa, apa karena perasaan dan harapan yang mulai pudar, aku pun juga tidak tau dengan semua ini,

"yang...", pesannya

"iya", jawabku

" telfon yuk", ajaknya

"Oke", jawabku

Entah kenapa bayangan itu ketika dia menceritakan wanita itu, aku sudah melupakannya dengan sekejap mata walau sebenarnya dadaku sesak dengan semua ini, tapi setelah melihat senyuman dan suaranya aku kemudian tersenyum kembali dan melupakan semuanya.

Seolah-olah itu hanya mimpi yang tidak pantas untuk diingat, tapi apakah aku sanggup? jika terus menahan rasa sakit ini, mungkin jawabannya aku sanggup dengan keyakinan bahwa dia tidak akan pernah mengkhianatiku dan tidak pernah bersama dengan wanita lain.

Aku percaya itu dan aku meyakini itu, walau aku menahan tangis, aku menahan sesak di dadaku yang berulang kali menyiksa ku dengan 1000 rasa cemburu, aku sakit tapi aku hanya diam, jika dia sadar pasti dia tau apa yang harus dia lakukan, tapi jika dia tidak sadar maka dia tidak akan pernah tau apa yang harus dia lakukan.

Andai dia tau rasanya teriris oleh sebuah belati yang tidak meninggalkan setetes darah pun dari tangan yang tertiris tapi hanya rasa perih yang dirasakan dan itu berhari-hari, hingga rasa perih itu menjadi sebuah sakit yang tak pernah terbayangkan bertapa sakitnya tangan itu.

Hingga ingin melakukan apapun tangan itu masih dengan rasa perih yang dia rasakan setiap waktu dan setiap saat. Luka yang seharusnya sembuh malah kambuh dengan segala segi dimana hanya dapat merasakan perihnya bukan dengan luka terbukanya.

Aku takut luka ini lama sembuhnya dan aku takut trauma itu datang lagi, dan sakit itu kembali lagi, tapi entah kenapa aku yakin bahwa Zizan tidak akan pernah melakukan ha semacam itu lagi denganku dan dia akan setia denganku.

Tapi sampai kapan aku akan bertahan dengan segala hal yang membuatku sakit dan sampai kapan aku harus menanggung rasa sakit yang entah sembuhnya kapan dan akan pulih kapan, sejak aku meligat wajahnya, aku melihat wajah yang berbeda setelah saat itu.

Wajah yang selalu ku pandang dengan penuh kebahagiaan berubah menjadi wajah yang membuatku merasakan perihnya berharap kepada manusia dan perihnya bertahan ketika laki-lakinya malah bercerita tentang wanita lain.

Dan ketika wanitanya ingin meminta kejelasan, dia malah spontan mengatakan bahwa mereka sudah mempunyai pacar. Jika mereka sudah mempunyai pacar? Lantas mengapa mereka masih menghubungi mu tuan?.

Tamu tidak akan pernah datang ketika pintu rumah itu tertutup, dan tamu akan datang ketika tuan rumah membukakan pintu rumah yang tertutup itu.

Jika kau berfikir dengan jernih, apakah kau akan membukakan pintu rumah itu untuk tamu yang datang dan setelah itu kau baru berkata kepada wanitamu "mereka ngechat aku terus, ga jelas", lalu ketika wanitamu meminta kejelasan kepada wanita itu kenapa kau malah berkata "jangan di chat, mereka sudah punya pacar", wow....

Aku terkejut dengan semua ucapanmu tuan.....

...

SANTRI YANG KU TUNGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang