Chapter 42

11 3 0
                                    

Keesokan paginya di hari yang cerah, aku bangun lebih awal karena hari minggu, aku bangun pukul 04.30 WIB, aku pun langsung melaksanakan sholat subuh dan kemudian aku pun langsung memasak makanan untuk sarapan pagi.

Setelah memasak, aku kemudian membersihkan rumah dan setelah itu aku beristirahat sejenak dan melihat pesan yang dikirimkan oleh Zizan untukku.

"yang, iki mengko aku nyang sawah sek ya, arep ngewangi panen jagung" (yang, hari ini aku ke sawah dulu ya, mau bantuin panen jagung), izinnya

"hooh ati-ati mass, pulang e jam piro?" (iya, ati-ati mas, pulangnya jam berapa?), tanyaku

"jam 11 an koyok e" (jam 11 kayaknya), jawabnya

"Oke, seng semangat nggih mas" (Oke, yang semangat ya mas), ucapku memberinya semnagat

"hooh, siap", jawabnya

"Aku budal sek yo, mengko eneh bar aku muleh ko sawah" (aku berangkat dulu ya, nanti lagi setelah aku pulang dari sawah), ucapnya

"iyaa mamasku sayang", jawabku

"Assalamu'alaikum humairahku", ucapnya

"Wa'alaikumsalam mas", jawabku

Setelah itu, aku kemudian pergi ke dapur untuk mengambil makanan untuk sarapan ku pagi itu, sembari menunggu Zizan pulang, aku menonton live ig temanku, scroll tiktok dan setelah itu belajar.

Aku tidak pernah berfikiran ingin menghubungi laki-laki lain karena setia itu menyenangkan, bukan hanya menyenangkan, tapi membahagiakan karena 

"disaat kamu mencintai satu orang, maka orang lain akan terlihat biasa saja di matamu, dan terlihat tidak menarik karena kamu hanya bisa melihat satu orang diantara beribu orang yang berada di sekelilingmu".

Tak terasa pukul 10.30 WIB, dan ternyata Azizan sudah pulang dari sawah dan dia memberikan aku kabar,

"yang aku mpun wangsul" (yang aku sudah pulang), pesannya

"gek mandi, ros maem yo" ( sekarang mandi terus makan ya), balasku

"hooh, tapi ki yo yang iki mau kesel poll, ngewangi panen jagung 🥵" (iya, tapi ini ya yang capek buanget, bantuin panen jagung 🥵), ucapnya

"tapi ki yo yang yo, mau ki aku kan dikek i duwet terus i aku wegah tapi ki dipekso dadi yo tak tompo padahal i aku moh, wong dulor ku yok an" (tapi ya yang ya, tadi itu aku kan dikasih uang terus aku gak mau tapi dipaksa jadi aku terima padahal aku itu nggak mau, orang saudaraku kok), ucapnya bercerita

Saat membaca chatnya yang bercerita hari ini dia ngapain aja, aku merasa bahagia karena aku merasa dianggap dan merasa kalau aku satu-satunya di hatinya, apalagi aku tersenyum saat membaca pesannya yang menceritakan kejadian hari ini yang dia lalui.

Bahkan keluh kesahnya dia ceritakan kepadaku, aku beruntung menjadi wanita yang menemani prosesnya dari jauh, aku bahagia mempunyai laki-laki yang seperti dia, yang menjadikan aku tempat ceritanya dan keluh kesahnya.

Aku kemudian membalas pesannya,

"yangkuu, kesel yongalah, istirahat sek yang" ( ayang ku capek, yaampun istirahat dulu yang), jawabku

"hooh", jawabnya

"rapopo yang oleh duwet, mengko duwite di tabung ben akeh" (gak papa yang dapat uang, nanti uangnya ditabung biar banyak), jawabku 

"tapi aku ki isin yang, tapi lek di kek i duwek sakjane yo arep" (sebenarnya aku malu yang, tapi kalo dikasih uang sebenernya aku ya mau), jawabnya

Dan aku pun tertawa dengan jawabannya yang begitu random dan aku hanya membalasnya dengan emot,

"😂😂", balasku

"wes gek ndang mandi terus maem" (udah sana mandi terus makan), balasku lagi

"tapi iki mau jan panas yang" (tapi hari ini emang panas yang), keluhnya

"hooh, bar mandi maem terus minum es yo, ben seger" (iya, setelah mandi makan terus minum es ya biar segar), balasku

"hooh yang, lek gak di ombeni es gak mampu aku" (iya yang, kalo gak di minumin es gak mampu aku), jawabnya

"yowes yang, aku tak mandi sek yo" (yaudah yang, aku mau mandi dulu ya), jawabnya

"hooh sayangku, gantengku, pangeranku", jawabku

"Oke humairahku", jawabnya

...

SANTRI YANG KU TUNGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang