Pagi ini Chrys berada di perpustakaan dengan membawa sebuah dokumen ditangan kanannya juga beberapa kertas dan alat tulis diatas dokumen itu. Tidak terlihat pustakawan di perpustakaan itu, entah kemana perginya.
Hari ini pemilik kedai memberinya waktu libur dan tadi saat di rumah, ibu Zillah menyuruhnya berbelanja kebutuhan dapur. Ibu Zillah terlihat masih bersedih atas kematian anaknya.
Gadis itu menatap setiap sudut perpustakaan yang terdapat alat perekam yang terpasang di sana. Kakinya berjalan mendekati alat perekam itu seraya berpura-pura memilih buku. Netra birunya sedikit melirik ke alat perekam itu yang ternyata sedang tidak berfungsi.
Dengan memanfaatkan keadaan yang ada ia melangkah ke sebuah kursi dan duduk di sana dengan meletakan barang bawaannya diatas meja. Ia menatap ke barang bawaannya itu lalu menghembuskan nafas sejak. Jari-jari lentiknya kemudian mengambil sebuah pena dan menyalin dokumen yang ia bawa ke kertas kosong. Dokumen itu adalah dokumen penting yang Asteria curi kemarin.
Kemarin Asteria sedikit mendapatkan luka pada tubuhnya yang membuatnya merasa bersalah karena membiarkan Asteria pergi sendirian. Disela-sela tulisannya ia memikirkan hal lain. Ia masih bimbang dengan tindakan Asteria yang abu-abu.
Ia takut yang bukit waktu itu hanyalah kesalahpahaman, apalagi hubungannya dengan Asteria sedari awal tidak begitu baik. Saat di bukit waktu itu, tidak ada tanda-tanda Asteria membocorkan Rahasia mereka pada Dhena. Sebenarnya ini hanyalah harapannya yang sudah terbiasa dengan keberadaan Asteria sejak di hutan kutukan.
Apakah ia harus mempercayainya karena telah mencuri dokumen? Akankah Asteria berpihak padanya atau berpihak pada tikus-tikus itu seperti alur novel seharusnya? Sepertinya setelah pulang dari berbelanja ia akan menanyakannya langsung pada Asteria.
Selesai menyalin dokumen, Chrys pun pergi dari perpustakaan. Tepat ketika ingin membuka pintu, pintu itu sudah terbuka terlebih dahulu. Ternyata itu adalah sang pustakawan yang membawa sebuah kotak dengan banyak barang-barang di dalamnya.
Chrys hanya tersenyum dengan sedikit menganggukkan kepala ketika tatapan mereka bertemu. Ia pun lantas keluar dari perpustakaan. Ia hampir saja lupa jika lusa adalah festival Borave. Pantas saja semua warga terlihat menghias rumah mereka.
Tepat di depan matanya berjejer kereta kuda milik kerajaan-kerajaan asing. Kerumunan warga yang membuat barisan tampak melempar bunga-bunga yang sangat cantik ketika kereta kuda berjalan melewati mereka. Sepertinya ia akan sedikit kesulitan menerobos kerumunan untuk berbelanja.
Setelah bersusah payah melewati kerumunan warga, ia akhirnya dapat berbelanja dengan tenang. Lalu sehabis itu ia mampir ke kedai tempatnya bekerja. Setibanya di dalam kedai, ia langsung masuk ke ruang dapur. Kedua orang yang berada di sana nampak kaget melihat kedatangannya karena yang mereka tahu ia sedang libur hari ini. Kedua orang itu adalah Vito dan Helga. Keduanya terlihat senggang karena semua pelayan sudah terlayani.
"Chrys!" pagi Vito dan Helga bersamaan.
"Ya, ini aku. Bisalah kita berbicara berdua Vito? Dan Helga bolehkan kau keluar sebentar?" ucap Chrys yang diangguki oleh Helga.
Setelah Helga pergi Chrys pun membuka suara.
"Begini Vito...."******
"Percayakan saja padaku Chrys" ujar Vito dengan yakin.
"Baiklah. Terimakasih sudah membantuku Vito" balas Chrys dengan tersenyum tulus.
Vito membalas senyumannya.
"Tidak masalah Chrys. Katakan saja jika kau lain kali membutuhkan bantuanku"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRYSOPELIA (END)
FantasyMasuk novel?? Ia kira transmigrasi hanya karangan belaka, namun pemikiran itu di patahkan oleh kejadian yang ia alami. Ia bertransmigrasi ke sebuah novel ber tema kan fantasy dan ia masuk ke raga siluman ular. ohh tidakk!! ia tidak suka dengan ular...