9-save??

10 2 0
                                    

Menahan tawa. "Nathan, seperti nya sebentar lagi otak mungil mu akan meledak. Cerna lah semua ucapan kami dengan perlahan, tidak lucu jika kau mati karena otak mu meledak." Louis kembali tertawa, sedang kan Jeremy hanya diam dan menyuruh nathan agar meminum teh yang di berikan Louis.

"Aku anggap kau setuju akan penawaran ku, paman."

Setelah mendengarkan hal itu, Louis segera keluar dari kamar lacunar. Si pangeran tomat sedang sibuk dengan kucing kesayangan nya, hingga tak memperhatikan sang ayah telah keluar dari tempat negosiasi itu. Louis menghampiri si pangeran tomat. "Seperti nya kau lebih menyayangi kucing itu dari pada diri ku." Ucap sang ayah, lacunar mengangkat kepala nya dan melihat wajah sang ayah. Anak itu menunjukkan ekspresi jijik akan wajah ayah nya sendiri. "Apakah kau menyetujui permintaan nya? Seperti nya ketika aku sudah tumbuh dewasa-aku akan menjadi bidak catur nya, akan tetapi itu tidak apa-apa, dia adalah keluarga ku, menujukkan simpati sedikit kepada keluarga bukan lah masalah besar." Ucap nya, anak ini menganggap bersimpati kepada seseorang adalah sebuah ekting drama. Ayah nya hanya bisa menggelengkan kepala, tak tahu lagi apa isi hati anak laki-laki nya itu. "Terserah mu saja nak, aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Lebih baik kau pergi ke kamar mu, dan sambut para tamu tak di undang itu." Lacunar mengiyakan ucapan ayah nya, iya berjalan masuk ke kamar nya sambil menggendong babi hutan di tangan nya.

"Aku takut tangan putra ku akan patah karena menggendong kucing gemuk itu. Jack, kau berikan makanan apa kepada kucing itu? Lebih baik atur pola makan nya, ajak ia berjalan-jalan di taman belakang kediaman ketika pagi hari dan sore hari. Dia sudah seperti babi hutan yang di rawat oleh seorang pangeran muda kau tahu." Ucap sang ayah mengeluh terhadap ukuran tubuh raja bulu, Jack mengiyakan perintah Louis untuk mengatur pola makan si raja bulu-mengajak kucing gemuk itu untuk jalan-jalan di pagi hari dan sore hari. Louis segera pergi ke ruangan kerja nya, memikirkan masalah negara yang rumit di dalam sana.

--*--

Malam hari telah tiba, semua orang kini telah masuk ke alam mimpi. Udara malam hari menerpa wajah seorang pria bermata abu-abu, warna mata nya sangat langka. Mata itu memandang keseluruh sudut kota-memastikan tidak ada seorang pun yang mengikuti nya.

"Kakak, kau sudah kembali dari Amerika? Aku terkejut kau masih hidup hingga sekarang. Aku berpikir kau sudah mati di sana karena ayah sudah meninggal, sudah tidak ada lagi yang melindungi mu di sana bukan?" Tanya seseorang di balik lorong kota yang gelap. Orang itu berjalan kearah si pria bermata abu, semakin ia mendekat-semakin jelas pula muka orang tersebut, ia adalah Jeremy. "Hai adik, sudah lama tidak bertemu." Ucap sang kakak, ia adalah kakak laki-laki Jeremy. Mereka berdua bertatapan sesaat, sebelum sebuah pisau menancap tepat di perut Jeremy. "Ini terlalu awal untuk mu melihat diri ku, tenang kau akan tetap hidup hingga waktu itu tiba. Untuk saat ini, pisau beracun milik ku belum waktu nya untuk menancap di tubuh mu, adik ku yang malang...." Setelah menyelesaikan tugas nya, sang kakak berjalan menjauh dari Jeremy-melewati setiap toko dan bangunan tinggi di samping nya. Ia menjalan dengan santai sambil memakan sebuah permen, pria itu tidak takut jika ia ketahuan telah melakukan tindakan kriminal di tempat terbuka.

Pandangan Jeremy semakin memudar, begitu pula dengan sosok pria yang baru saja menusuk nya menggunakan sebuah pisau. Sebelum kesadaran nya benar-benar menghilang, ia samar-samar melihat sesosok anak kecil berpakaian serba hitam. Ia mendekat, anak itu terlihat panik ketika melihat Jeremy yang terkapar di jalan. Anak itu berlari menghampiri Jeremy, anak itu seperti nya berbicara akan tetapi Jeremy tidak dapat mendengar nya dengan jelas. Beberapa saat kemudian ia benar-benar kehilangan kesadaran nya sepenuhnya.

"Jack, dapet bawa di ke dalam kereta-aku ingin menyusul pria itu. Verlun ikut dengan ku, seperti nya orang ini adalah seseorang yang pemberani." Ucap si anak kecil, anak kecil itu adalah lacunar. Pada saat itu ia sedang dalam perjalanan menuju tempat pakaian dan perhiasan-ia pergi menemani ibu dan adik nya tentu saja. Anak itu segera pergi bersama salah satu pengawal nya, verlun untuk menyusul di pria misterius itu.

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang