Jeremy dan Grayn berjalan masuk kedalam kediaman si pria yang menuntun mereka tadi untuk bertemu dengan ke 7 pangeran tampan.
Keduanya saling menatap tanpa minat ke arah pria yang sedang asik merapikan sebuah bunga didalam vas kaca yang sangat indah.
"Apakah seseorang seperti dirimu, tidak memiliki pelayan pribadi?" Tanya Jeremy.
Pria itu berhenti, senyuman yang sebelumnya terlukiskan diwajahnya yang indah itu seketika menghilang.
Ia menatap kedua pemuda itu dengan tatapan marah. Matanya mengeluarkan air mata, entah apakah hal yang dipertanyakan oleh Jeremy itu termasuk pertanyaan sensitif baginya.
"Dulunya punya, sekarang sudah tidak. Sudah lama meninggal." Jawab pria itu dengan suara serak.
Ia membawa masuk bunga-bunga dan vas kaca yang sebelumnya ia tata itu. Wajahnya terlihat sedih, dan sangat murung — ketika Jeremy mempertanyakan soal pelayan si pria saat ia masih dikerjaan dulu.
"Tuan, apakah kami bisa meminta izin untuk mengambil buku kematian hanya sebentar saja? Kami hanya akan meminjamnya untuk hari ini saja." Ucap Grayn.
Pria itu berhenti, ia berbalik. Matanya terlihat memerah karena menangis—sepertinya Jeremy telah melukai hati pria halus itu.
"Ya, buku itu dipegang oleh tuan muda pertama. Hanya perlu berikan ini saja kepadanya." Pria itu melemparkan sebuah kotak kayu kecil. Didalamnya terdapat permata putih yang indah.
Jeremy menerima kotak itu dengan senang hati, sedangkan Grayn melemparkan kotak kayu kecil yang sama seperti kotak kayu yang dilemparkan oleh pria itu.
"Tuan muda ke 7, bilang bahwa itu adalah hadiah dari nya untuk mu. Sepertinya barang yang cukup berharga."
Grayn dan Jeremy berbalik, keduanya berjalan keluar dari kediaman si pria tadi. Dengan hati-hati Grayn menutup pintu kediaman itu.
Pria yang membawa vas itu tersenyum, ia masuk kedalam kamarnya dengan senyuman tetap berada diwajah indahnya.
"Aku punya firasat buruk, sepertinya ke 7 pangeran ini memiliki suatu tujuan jahat kakak. Melihat pria tadi dengan mudahnya memberikan permata ini—sepertinya mereka memiliki rencana." Ucap Jeremy.
"Karena hal itu lah, aku menukar benda yang berada didalam kotak kayu kecil itu. Benda yang seharusnya berada didalam kotak itu adalah sebuah gelang bulan purnama milik tuan muda ke 7. Pertanda bahwa semua rencana sudah dimulai, akan tetapi aku menukar gelang itu dengan gelang Alarex." Jelas sang kakak panjang lebar.
Jeremy mengacungkan jempolnya, ia merasa kakaknya ini sangat berguna dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
"Kita lihat, apakah mereka akan tetap maju—atau mereka akan mundur."
Kedua pemuda itu berjalan menyusuri hutan belantara. Entah mengapa dibukit ini banyak sekali pohon rimbun, sepertinya orang yang tinggal disana hanya keluarga Kekaisaran aneh itu saja.
Jeremy dan Grayn telah sampai dikediaman ke 7 pangeran. Sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Grayn, ketujuh pangeran itu menyerang mereka berdua.
Akan tetapi, ada satu pangeran yang tidak ikut menyerang mereka—ia adalah pangeran ke 7. Ia tetapi berdiri santai ditempat Ia berdiri sebelumnya.
Sedangkan ke 6 saudaranya sibuk bertarung dengan mereka berdua. Ia seperti hanya lah seorang penonton dibalik layar.
"Apakah pangeran ke 7 sangat lemah, sampai-sampai hanya bisa mengandalkan ke 6 kakak mu saja untuk mengurus kami?" Tantang Jeremy.
Pemuda itu hanya menghembuskan angin dingin ke udara. Setelah ia melakukan hal itu, Jeremy dan Grayn tertunduk ketanah. Tubuh mereka perlahan-lahan mulai turun, membuat posisi mereka saat ini—adalah posisi berlutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞
Mystery / Thriller⚠️warning⚠️ cerita ini hanya cerita fiksi belaka, jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan. cerita ini berkisah tentang seorang bangsawan bernama Jeremy, ia memiliki banyak teman. hidup nya sangat indah dan tertata rapi. kisah hidup nya sangat menar...