"Sekarang anak-anak mu ada di tangan ku, begitu pula bos mu yang telah kau anggap sebagai ayah mu. Jadi kau ingin menjelaskan dari mana?" Anna yang mendapatkan ancaman itu pun tak mengatakan apa-apa. "Nak... Sehebat-hebatnya diri mu mengancam diri ku, itu tidak akan membuat ku angkat bicara tentang organisasi ku. Kau terlalu percaya diri."
"Benar kah? Baik seperti nya keluarga bukan lah hal yang berharga untuk mu.
Akan tetapi jika aku memberikan mu ini, kau mau angkat bicara kan." Lacunar menyodorkan sebuah barang kepada anna, benda itu berhasil membuat wanita yang awal nya keras kepala itu menjadi terdiam. "Kau... Tak ku sangka kau adalah dia." Ucap nya.Beberapa saat kemudian, lacunar keluar sambil membawa anna. Jack juga keluar dari ruangan itu—menyodorkan sebuah map berisikan sebuah kertas. Jeremy menerima map itu dengan senang hati, lacunar lalu mendorong anna menuju kearah cristian. "Istri mu sangat penurut ya, dia tidak melawan ku selama dia di interogasi. Sangat penurut, aku kagum kau bisa menemukan istri sebaik diri nya—ia hanya membutuhkan kasih sayang mu, istirahat lah beberapa hari ini, pergi lah berlibur bersama keluarga mu." Lacunar segera meninggalkan manusia-manusia tua itu.
——*——
Lacunar telah kembali ke dalam kamar nya yang nyaman, membaca buku sambil mengelus bulu kucing adalah hal yang paling menyenangkan. "Kau selalu mengelus bulu nya, bukan kah dulu kau sangat tidak suka jika kucing itu berada di sisi mu walaupun hanya sedetik?" Hening, hanya ada suara jam saja yang terdengar. Pria muda itu tak menjawab sedikit pun, ia hanya terus memandang si kucing dan terus mengelus bulu nya yang lembut dan hangat. "Aku hanya sedang menghibur diri, sudah lah." Si pemuda menjulurkan kaki nya ke atas meja. Mengambil sebuah kalung identitas yang biasanya di pakai oleh seorang militer. "Aku merindukan mu White.... Aku sedih karena kau meninggal karena bom itu. Begitu pula dengan Lilith, kalian berdua adalah permata yang berharga untuk ku." Jack mengambil selimut milik lacunar, pria itu menyelimuti tuan nya yang malang.
Menyingkirkan rambut si pemuda yang menghalangi mata hitam nya yang dingin. "Berhenti lah menangis, kau sangat mengerikan jika sedang menangis." Lacunar memandang kearah Jack, mata pemuda itu merah—muka nya yang putih kini telah basah karena air mata. Jack memeluk tuan nya, menggelap air mata sang tuan dengan kasih sayang. "Sudah ku bilang berhenti lah menangis, orang yang telah pergi tidak akan pernah bisa kembali. Kau harus menerima kenyataan, white dan Lilith telah meninggal. Jangan menjerat diri mu ke dalam kesedihan tanpa batas,
Mereka telah bahagia di sana. Kita yang masih hidup seharusnya dapat menerima kematian mereka, dengan begitu selain mereka bisa pergi dengan tenang—maka kita yang masih hidup juga dapat beraktivitas tanpa harus menerima rasa bersalah karena tidak bisa melakukan hal-hal kecil yang di ingin kan mereka. Itu yang ku pelajari saat hari di mana ibu ku meninggal, memang menerima kenyataan itu sulit—tapi kita harus bagaimana lagi? Semua nya telah berlalu." Lacunar mengeratkan pelukan nya, Jack mengelus surai hitam itu dengan hati-hati—jaga-jaga jika nanti ia akan di pukul karena melakukan hal itu. Di luar dugaan, bukan nya melawan lacunar malah tambah mengeratkan pelukan nya—membuat Jack hampir tak bisa bernafas.Vincent hanya termenung melihat kejadian tak terduga itu. Kucing yang memiliki otak di atas rata-rata itu kini dengan santai nya melompat kearah vas bunga yang berada di meja milik lacunar. Vas itu hampir kehilangan keseimbangan nya, untung saja tuan vas bunga dapat mempertahankan posisi nya dengan baik, tak memunculkan keributan di antara pangeran tomat dan raja bulu. Raja bulu tak terlalu ambil pusing atas kejadian itu, setelah hampir membuat kejadian kriminal yang hampir mengambil nyawa tuan vas bunga, kini kucing itu dengan santai nya tidur di samping tuan vas bunga—kucing itu memang tak memiliki rasa hormat sedikit pun.
Vincent pada akhirnya bisa tertidur dengan nyenyak, sebelum ia mendengar sebuah suara yang berasal dari tempat tidur. Vincent yang mendengar hal itu pada awal nya tak ingin terlalu penasaran akan kejadian yang terjadi di tempat tidur, akan tetapi suara itu semakin menganggu nya. Ia pun dengan rasa malas yang luar biasa, segera berjalan menuju tempat tidur—di sana ia melihat seorang pria berjaket hitam sedang mencekik tuan nya. Vincent melompat kearah pria berjaket itu, si raja berbulu mencakar wajah si pria berjaket. Pria itu pada awal nya tak menunjukkan perlawanan yang besar, lacunar segera mengambil belati yang berada di laci nakas tempat tidur nya. Pria itu berteriak kesakitan, lacunar menancapkan belati itu tepat di dada si pria berjaket hitam. Vincent di dorong keras oleh si pria berjaket kearah dinding, itu membuat di raja berbulu pingsan—sesaat kemudian si raja berbulu benar-benar tak bisa melihat apapun, yang ia lihat sekarang hanya lah siluet lacunar yang berlari menghampiri nya dengan tergesa-gesa. Di belakang nya ada seorang pria tinggi yang sedang memegang sebuah pisau dan sapu tangan, entah apa yang akan di lakukan pria itu—sebelum Vincent benar-benar pingsan, ia melihat pria yang sebelumnya hanya berdiri di belakang lacunar kini telah berlari menuju kearah tuan nya. Hanya itu yang di lihat oleh Vincent, ia telah sepenuhnya pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞
Mystery / Thriller⚠️warning⚠️ cerita ini hanya cerita fiksi belaka, jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan. cerita ini berkisah tentang seorang bangsawan bernama Jeremy, ia memiliki banyak teman. hidup nya sangat indah dan tertata rapi. kisah hidup nya sangat menar...