38-incident?

3 0 0
                                    

Malam hari, tepat pukul tengah malam. Terlihat seorang wanita membawa sebuah keranjang anyaman di lengan nya.

Di dalam keranjang itu, ada seorang bayi kecil yang sedang menangis — kelaparan.

Wanita itu meletakkan keranjang berisikan sang bayi—di depan kediaman megah salah satu anggota bangsawan Inggris.

"Lebih baik kau tinggal bersama nya untuk sementara waktu. Walaupun ia tidak menginginkan ku, setidaknya ia menerima mu." Wanita itu mengecup pipi bulat anak nya. Ia berjalan meninggalkan istana megah itu dengan perasaan yang campur aduk.

Dari dalam kediaman, terlihat salah satu pelayan kediaman tersebut berlari keluar. Ia membuka gerbang kediaman dengan hati-hati.

"Anak malang, kau seharusnya tidak terlahir dirahim wanita itu. Kau memiliki wajah yang sama seperti tuan ku—sayang nya, kau bukan lah anak kandung tuan ku. Aku sedikit heran mengapa tuan ku menerima mu?" Pelayan tersebut berlari kembali masuk ke dalam kediaman.

"Tuan, ini anak nya. Mengapa anda menerima anak ini? Sedang kan anda tidak menerima nyonya untuk masuk?" Tanya Sang pelayan.

"Aku tidak berpikir bahwa menerima seorang anak polos akan merugikan diri ku. Aku tidak akan terlalu memperdulikan nya, terserah kalian ingin merawat nya dengan cara apa." Sang tuan rumah pun berjalan ke arah sang bayi. Ia menggendong tubuh mungil si bayi dengan wajah yang sangat kecewa.

Si anak adalah hasil perselingkuhan sang istri dengan pria lain. Hal itu lah yang membuat si tuan rumah menjadi sangat kecewa. Ia sangat menyayangi istri nya, akan tetapi—semua rasa sayang dan suka itu telah ia hapus secara cuma-cuma.

"Aku hanya ingin memiliki penerus, walaupun ia bukan lah anak ku—ia tetap lah anak dari wanita itu. Aku tidak ingin mempersulit diri dengan menikah kembali." Si tuan rumah memberikan bayi itu kepada salah seorang pelayan nya.

"Tuan, anak ini belum memiliki nama. Apakah anda ingin memberikan nya nama?" Tanya salah satu pendeta.

"Asty Tyrone Marley." Ucap si tuan rumah.

Seluruh orang membungkukkan kepala mereka.

"Baik tuan."


***


Si wanita kembali ke rumah nya. Ia membuka pintu rumah sederhana itu dengan hati yang mulai membaik.

"Aku pulang, sayang apakah....." Ucapan nya terhenti.

Wanita itu menutup mulut nya menggunakan telapak tangan nya. Ia melihat bahwa si 'selingkuhan' nya itu sedang tidur bersama wanita lain.

"Apa yang kau lakukan?!!!"

Kedua manusia itu, terkejut akan kehadiran si wanita di sana.

"Lia tolong dengar kan aku. Kami hanya sedang menikmati reuni sayang." Ucap si pria, mencoba untuk menenangkan lia.

Lia berlari keluar dari rumah itu. Ia menangis, ia hanya ingin pergi dari sana—ia berlari tampa arah dan tujuan.

"Ayah, ibu. Aku seharusnya mendengarkan ucapan kalian!! George lebih baik dari pada pemimpin partai komunis itu!!!"

Wanita itu berlari—terus berlari hingga ia sampai disalah satu kediaman anggota bangsawan yang ia kenali. Itu adalah kediaman keluarga beonatte.

Wanita itu mengetuk pintu kediaman yang bernuansa putih tulang itu.

"Nyonya keluarga Marley. Ada apa anda datang kemari malam-malam begini?" Tanya seorang pelayan yang membukakan pintu untuk nya.

"Aku ingin bertemu dengan raphael dan rael." Ucap si wanita.

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang