Jam kini telah menunjukkan pukul 3 malam tepat.
Snow memutuskan untuk angkat bicara, ia sudah muak akan kerusuhan yang terjadi di luar.
Ia memandangi wajah putra kevin dengan tatapan kesal nya. Ia menepuk-nepuk pipi pemuda itu sangat keras.
"Bangun lah, bangun lah!!"
Si pemuda terbangun akan suara teriakkan seorang pria yang menyuruh nya untuk bangun.
Ia memandang ke sana kemari, lalu ia memfokuskan tatapan mata nya kearah wajah snow. Ia mulai ketakutan.
"Ada apa ini? Bagaimana aku bisa sampai di sini?" Tanya pemuda itu.
"Cepat gunakan mulut berharga mu itu, untuk berbicara kepada semua orang yang sedang marah di luar sana."
Pemuda itu di seret keluar oleh black, pria itu melemparkan tubuh lemah si pemuda ke arah masa yang emosi nya sedang meluap-luap.
"Berbicara lah jika kau masih ingin hidup." Tegas black.
Semua orang memandang kaku ke arah putra tunggal si tua kevin.
Pemuda itu berdiri, ia mulai gugup sekaligus merasa panik. Ia berjalan menuruni satu anak tangga.
"Aku tidak yakin jika ia akan benar-benar berkata jujur." Ucap kaye meragukan si pemuda.
"Jika anak itu benar-benar keras kepala, itu adalah nasib nya. Mati atau hidup, yang muda akan mati muda, sedangkan yang tua akan mati karena termakan waktu dan umur." Jawab sarvya, snow memandang heran kearah pria disamping nya itu.
"Apa maksud mu? Siapa yang akan mati." Tanya snow, sarvya tersenyum lembut kearah pria di samping nya.
"Tentu saja si putra tunggal kaya raya itu." Kata guryn.
Si pemuda telah berdiri ditengah-tengah keramaian, ia membuka mulut nya kecil.
"Baik, saya hanya akan mengatakan sesuatu kepada kalian semua mengenai ucapan saya tadi pagi.
"Ucapan saya tadi pagi memang benar ada nya, departemen hukum lintas memang melakukan kejahatan."
Sarvya tertawa, tawaan nya menggema keseluruh bagian gedung. Terdengar agak sedikit mengerikan.
Hening—tidak ada satu pun suara yang terdengar, hanya suara tawaan sarvya lah yang mendominasi kondisi saat ini.
Snow dan black memandangi pria yang sedang tertawa itu. Mereka bingung, apa yang sebenarnya pria ini tertawakan? Didalam kondisi seperti ini — seharusnya ia menampakkan wajah panik atau pun takut.
"Apa yang kau tertawakan?! Apakah kau tidak takut mati!!?" Ucap si pemuda.
"Untuk apa aku takut, umur ku masih akan berlanjut. Yang akan mati adalah diri mu. Kau berpikir bahwa aku akan membiarkan jalan cerita sesuai dengan isi otak mu?! Tuan, aku sudah melihat perkembangan mu selama bertahun-tahun. Aku sudah memahami isi otak mu itu, otak mu sama busuk nya dengan otak ayah mu."
Seluruh warga yang sebelum nya mengangkat garpu taman dan obor mereka, kini telah menjatuhkan benda-benda itu satu-persatu.
Sekali lagi, sarvya berhasil membuat semua orang terdiam akan ucapan nya. Pria itu juga berhasil membungkam si pemuda.
"Kau ingin melawan ku?! Ingat aku ini adalah paman mu. Ibu mu itu hanyalah sampah keluarga beonatte yang dipungut oleh ayah mu. Ia tidak memiliki kekuasaan apapun untuk melindungi mu, tidak akan ada masyarakat yang akan mendukung ucapan mu itu." Tegas sarvya.
Snow dan black merasa ketakutan, jarang-jarang sekali sarvya marah sambil meningkatkan nada suara nya.
Sang guru maju untuk menenangkan murid nya. Sarvya terkenal akan kesabaran nya di markas, akan tetapi ia juga adalah seorang manusia biasa — sesabar apapun orang tersebut, ia tidak akan mungkin akan selalu sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞
Mystery / Thriller⚠️warning⚠️ cerita ini hanya cerita fiksi belaka, jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan. cerita ini berkisah tentang seorang bangsawan bernama Jeremy, ia memiliki banyak teman. hidup nya sangat indah dan tertata rapi. kisah hidup nya sangat menar...