48-Question?

2 1 0
                                    

Sarvya terbangun ditengah malam, anak itu turun dari tempat tidurnya. Ia berjalan sambil meraba-raba benda-benda yang berada disekitarnya.

Dengan hati-hati anak kecil itu berjalan, anak itu berjalan ke arah kaca besar yang berada dikamar kedua orang tuanya.

"Hi, sudah lama tidak bertemu dengan mu kakak" ucap anak kecil itu sambil berbisik.

Seseorang yang anak itu panggil sebagai si kakak, berjalan menghampiri bocah itu. Ia membawa sebuah boneka beruang ditangannya.

"Kakak, apakah ini hadiah untuk ku? Sangat lucu!!!"

"Tentu, aku juga merindukanmu. Apakah kedua orang tua mu mulai berbaikan?"

"Yaa"

Sarvya mengambil boneka beruang besar itu. Ia meletakkannya diatas tempat tidur, lalu ia kembali tidur sambil memeluk boneka barunya.

Sedangkan si kakak berjalan pergi meninggalkan bocah itu bersama kedua orang tuanya. Ia tersenyum halus sambil menutup pintu dengan rapat, tidak ada suara yang ia timbulkan ketika ia menutup pintu.

"Sudah? Kau mau melakukan ini sampai kapan? Anak itu hanya akan menyusahkan kita. Kau tahu sendiri keturunan mu itu tidak ada yang benar-benar berguna."

"Kau terlalu berlebihan, wanita itu bukanlah anak ku. Jelas ia adalah anak dari seorang kaisar, tidak mungkin memiliki darah dari seorang anak yang tidak diinginkan. Itu tidak pantas sama sekali."

Seorang pria dengan wajah tertutup sebuah kain putih sedang menatap bulan dengan mata indahnya. Ia membawa sebuah buku ditangannya, buku itu memiliki sampul kulit berwarna coklat tua.

"Mau sampai kapan kau akan membantu pria itu? Bahkan kakak yang seangkatan dengan mu itu sudah lama mati. Berikan saja buku ini kepada kaisar, dan kau akan aman. Kau juga bisa hidup bebas tanpa harus tinggal dipenjara berkelas atas itu."

"Tentunya aku mau bebas, akan tetapi dengan menyandang gelar hina ini - kemana lagi aku harus berlindung selain ditempat itu. Aku sudah lama dijadikan tawanan yang berkedok seorang permaisuri. Lihatlah diriku, benar-benar tidak memiliki harga diri sama sekali.

Dimanfaatkan sana sini, apakah Aku hanya sebuah barang bagi kalian. Aku hanya ingin bebas, bahkan kaisar yang sudah ku anggap sebagai kakak ku saja - ternyata tidak ada bedanya dengan kalian. Aku berpikir ia akan benar-benar menerima ku, siapa sangka ia hanya menginginkan isi buku ini."

Pemuda itu melemparkan buku yang sebelumnya ia pegang, ke arah dinding. Ia menangis - menatap buku yang ia buat sendiri dengan harapan dan kebahagiaan didalamnya, malah membuat dirinya menjadi incaran berbagai penguasa dibeberapa wilayah kekuasaan keluarga keylorn.

"Aku tidak memanfaatkan mu, Aku ini saudara mu. Aku tidak akan memanfaatkan mu."

"Kau bicara seperti itu-sudah seperti tidak pernah melakukan kejahatan terhadap diriku saja. Kau juga membenci ku dulu, kau muncul sekarang - pastinya karena buku itu. Buku yang menulis kisah si pedang putih keluarga Beonatte."

Pemuda itu melangkahkan kakinya ke arah buku yang tergeletak tak berdaya di lantai. Ia lalu melemparkan buku itu ke arah pria yang sedari tadi mengikutinya tampa henti.

"Kau sudah mendapatkan benda itu, jangan ikuti Aku lagi. Kau juga sudah tahu yang mana keturunan si pedang putih, hanya perlu menyiapkan orang untuk membunuh mereka."

"Kau sudah tidak peduli lagi dengan mereka?" Tanya si pria misterius.

"Aku sudah menghianati kakak angkat ku-juga sudah mengacaukan tugas. Aku seharusnya sudah dihukum pancung saat ini."

"Satu pertanyaan lagi sebelum dirimu pergi. Mengapa wanita itu dan anaknya memiliki darah dari seorang sarvya?"

"Jangan memperbodoh dirimu. Ayahnya memiliki darah si pedang putih, ibunya memiliki darah kaisar. Sudah jelaskan? Kalau tidak ada pertanyaan lagi, aku pamit pergi."

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang