18-who

12 2 0
                                    

Meraih cahaya di tengah-tengah kegelapan, memandang jauh keatas. Itu lah yang di lakukan oleh seseorang yang telah kehilangan jalan hidup nya.

Seorang gadis kecil sedang menangis di hamparan bunga, merengek meminta pertolongan. Suara nya yang memekakkan telinga itu berhasil di dengar oleh seorang militer muda.

Pria itu menjulurkan tangan nya, memandang si gadis kecil dengan tatapan kasihan. Tubuh kecil yang terduduk lemah di hamparan bunga mawar yang bertangkai tajam itu—di gendong dengan halus oleh pria itu—memperagakan tata cara membawa barang antik yang mahal di toko.

Gadis itu berbicara dengan sangat cepat, anak ini penuh dengan rasa antusias, mengoceh tampa henti. "Mengapa kau bisa sampai di sini? Apakah kau adalah anak dari salah satu pemimpin kami, gadis kecil?" Gadis itu menoleh kearah belakang, ia tersenyum kearah salah satu teman 'si pria baik'.

"Aku tersesat di sini, saat terakhir kali—Aku sedang pergi bersama ibu ku. Ketika kami sampai di taman bunga itu, tiba-tiba saja ia meninggalkan ku—mengecoh ku dengan beralasan pergi sebentar ke dalam gubuk kayu di sana." Ucap si gadis.

Kedua pria itu menengok kearah gubuk tua di ujung paling suram di taman itu; tak ada satu pun cahaya yang menerangi nya — menambah kesan menyeramkan dan kegelapan yang kental. Kedua pria itu melangkah kan kaki panjang mereka menuju ke gubuk itu; gubuk itu di keliling oleh semak belukar, beberapa pohon tinggi. Semakin mendekat—semakin pula rasa takut mencengkram, membungkus kedua pria itu.

Membuka pintu gubuk itu, melihat ke dalam ruangan gelap dengan penerangan minim. Melangkah kan kaki dengan mantap, meraba dinding dingin dengan jemari mereka. Setelah beberapa langkah, pria yang menggendong si gadis kecil, merasakan sesuatu yang empuk dan padat berada di pijakan kaki nya. Ia mundur satu langkah, membuat teman di belakang nya terdorong sedikit ke dinding di samping nya.

"Kau kenapa? Apakah ada hantu di depan sana. Atau ada sesuatu yang lebih buruk dari itu? Seperti bom misalkan?" Si pria yang menggendong gadis itu seketika menggelengkan kepala nya dengan cepat. Pria itu mengeluarkan sebuah korek dari saku celana nya, korek kecil itu dapat menerangi setidaknya sedikit lingkungan ruangan gelap dan lebar itu.

Si pria berjalan maju beberapa langkah, menurunkan korek kecil nya menuju kearah lantai kayu. Di lantai kayu itu—terlihat aliran air merah mengalir seperti aliran air yang berada di sungai. Melangkah lebih jauh lagi, membuat kedua pria dewasa itu terkejut—mayat manusia sedang tertidur Indah di lantai kayu bobrok itu. Mayat itu masih baru, terlihat dari mana mayat itu masih hangat dan belum membusuk sedikit pun, kedua pria itu berjongkok — pria yang menggendong si gadis kecil, mengulurkan tangan nya untuk membalik tubuh mayat wanita di depan nya.

"Ini benar-benar tidak bagus sama sekali, mayat nya masih baru. Seperti nya baru saja meninggal, siapa wanita ini? Apakah ia adalah salah satu istri pemimpin?" Ucap teman si pria baik, gadis itu berteriak. Tubuh mungil nya hampir membentur lantai kayu, untung saja si pria baik hati dengan sigap menangkap tubuh nya. "Ibu!!! Bagaimana hal ini bisa terjadi kepada mu?" Ucap si gadis berteriak histeris, si pria baik dan teman nya segera menyadari bahwa itu adalah mayat ibu si gadis kecil. "Nak, besabarlah. Aku turut bersedih akan kematian ibu mu. Ikut lah dengan kami, kami akan membantu mu untuk mengurus hal ini. Kami juga akan memastikan bahwa kau akan bertemu dengan ayah mu dalam kondisi yang baik-baik saja." Si teman pria baik berdiri dari posisi jongkok yang sedikit menyiksa nya itu.

"Berhenti. Nak, sudahilah sandiwara mu itu, kau terlihat sangat menjijikkan jika di pandang." Si gadis kecil berbalik, tangan nya yang sebelum nya berada di gantungan tangan si teman pria baik segera terlepas. "Apa maksud mu? Aku sedang bersedih sekarang!! Kau menganggap ku sedang bersandiwara?!!
Apakah kalian semua seperti ini? Berbohong dan menghina kepada seseorang yang lebih lemah dari pada kalian?!"

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang