14-who

6 2 0
                                    

Cristian kini telah sampai di dermaga yang di tunjukkan oleh Nathan. Tempat itu di jaga ketat oleh sekelompok orang-orang bersenjata. "Nathan!! Sekarang aku mengerti mengapa kau menyuruh ku kesini alih-alih menyuruh bawahan mu, dasar teman brengsek." Setelah puas mengumpat dengan kesadaran penuh nya, cristian segera berjalan menuju kearah salah satu penjaga. Ia mengambil sebuah kayu, mengayunkan kayu itu ketubuh penjaga yang tak tahu apapun itu.

"Maaf kawan, hari ini adalah hari sial mu." Setelah selesai berganti pakaian, cristian segera berjalan menuju ke salah satu bangunan yang di jaga ketat.

Beberapa penjaga segera menghadang cristian—meminta nya untuk menujukan kartu Identitas milik nya. Cristian segera mengeluarkan kartu Identitas milik si penjaga yang tak bersalah barusan. Untung saja cristian membawa sebuah topi dan kain hitam, jadi ia bisa menutup wajah nya menggunakan benda-benda itu. Ia di persilahkan untuk masuk, cristian segera masuk. Tempat itu gelap, tak ada penerangan sedikit pun di sana—cristian mengambil sebuah korek api yang ia ambil dari saku baju milik si penjaga. "Pak, cristian.... Lihat kebelakang mu." Cristian segera membalikkan badan nya, jantung pria itu hampir copot. Lacunar tiba-tiba saja berada di belakang nya, muka pemuda itu pucat sangat pucat—itu membuat nya seperti seorang mayat hidup. Cristian hanya bisa mengambil nafas, ia kemudian mengarahkan korek itu kearah tubuh lacunar. Badan anak itu di penuhi dengan darah segar, sebelum sempat beraksi akan hal itu, tiba-tiba saja salah satu penjaga yang berjaga di depan masuk ke sana.

"Kemari, nak kau beruntung bukan bawahan nathan yang menjemput mu kemari."

***

George sekarang sedang di jaga oleh Nathan, Nathan menghujani anak malang itu dengan berbagai pertanyaan yang terlintas di benak nya. George berbicara dengan baik walaupun selama ini ia tidak pernah berinteraksi dengan seseorang menggunakan suara nya. Nathan sedikit terkejut, suara anak itu masih sama lembut nya dengan suara nya ketika ia masih kecil. Suara yang lembut itu membuat Nathan sedikit merasa tidak nyaman—itu membuat nya teringat dengan suara halus nan menyeramkan milik lacunar.
"Baik, jadi ketika malam itu kau sedang berada di ruangan bawah tanah kan? Apakah Jeremy sempat menjelaskan rencana nya kepada mu? Seperti rencana penukaran mayat?" Pertanyaan Nathan membuat George terdiam, George segera menjawab pertanyaan itu dengan tenang.

"Aku tak mengetahui satu pun rencana nya. Aku hanya di suruh untuk menunggu sampai hari pada malam itu tiba, tak ada kejelasan atas semua ucapan nya. Aku hanya mengiyakan saja semua ucapan kakak ku, seperti nya kakak ku masih hidup. Dari keterangan terakhir nya, ia bilang akan kembali jika waktu nya telah tiba. Ini hanya pemahaman ku, jika kau memiliki pemahaman tersendiri akan ucapan terakhir nya, itu tergantung kepada mu." Nathan tersenyum kepada George, anak itu benar-benar menginginkan nya akan Jeremy. Mereka berdua sangat mirip, begitu pula dengan Grayn. Wajah George memiliki perpaduan wajah kakak-kakak nya, mata abu-abu milik Grayn ada pada nya, begitu pula dengan wajah tampan milik Jeremy. "Aku juga berpikiran sama, akan tetapi apa alasan nya melakukan hal ini?" Tanya Nathan, George segera mengambil sebuah kertas dan pena bulu. Pemuda itu mengambar  desain arsitektur kediaman keluarga Marley. "Lihat ini, setiap bangunan di kediaman memiliki satu ruangan bawah tanah. Di setiap ruangan itu ada sebuah patung pahatan manusia, aku sebelum nya telah memasuki ruangan-ruangan itu, dan di setiap tangan para patung-patung itu terdapat sebuah kotak. Setiap kotak memiliki simbol kediaman, alexssev, vincsic dan werleyn. Aku mengira kotak-kotak itu tidak dapat di buka; akan tetapi ketika aku di kurung di salah satu ruangan itu—aku mulai penasaran dengan kotak itu, setelah aku melihat kotak itu dengan seksama ternyata kotak itu bisa di buka mengunakan sebuah kunci kecil. Dan pada malam penembakan itu terjadi, kebetulan salah satu keponakan ku membawa kalung milik kak Jeremy bersama nya. Aku memandang kalung itu untuk beberapa saat, setelah memandang benda itu dengan baik-baik aku menyadari bahwa di kalung ada tambah liontin. Dan liontin itu berbentuk seperti kunci, aku ingat betul jika liontin di kalung itu hanya ada liontin berbentuk seperti bunga lili. Aku segera mengambil kalung itu dari keponakan ku—mencocokkan kunci kecil itu dengan lubang kunci yang ada di kotak itu. Kotak itu terbuka, di sana ada sebuah mutiara dan juga sebuah simbol bunga lili. Mutiara itu adalah mutiara khusus; ketika benda itu di arah kan kearah sinar matahari, maka ia akan memantulkan sebuah cahaya berwarna.

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang