24-gemstone

3 1 0
                                    

Malam hari, Lilith remaja kini sedang pergi kepesta perayaan ulang tahun anak kedua keluarga werleyn.

Lilith berjalan melewati sekelompok anak-anak bangsawan.

"Lihat lah dia, postur berjalan nya yang sok berkuasa itu. Runa, aku rasa gadis sombong itu sedang mengejek mu."

Ucapan salah satu dari gadis-gadis itu di dengar oleh lilith.

"Ada apa? Apakah aku tidak boleh berjalan dengan postur ini? Jangan merasa di intimidasi nona—cara berjalan yang di ajarkan oleh setiap guru adalah untuk tetap tegak agar tak di pandang rendah. Seluruh gadis kaya, bangsawan di ajar kan hal ini." Kata lilith.

Gadis yang bernama runa itu menujukkan wajah marah. Gadis itu menarik lilith dengan kasar—membawa nya kearah lorong gelap kediaman keluarga werleyn.

"Kau!! Aku adalah anak dari yang mulia grand duke!!! Jadi berikan lah sedikit hormat mu itu nona!"

Lilith tertawa kecil. Gadis itu menarik kembali pergelangan tangan nya yang di pegang dengan erat oleh runa.

"Bermimpi lah. Sampai kapan pun itu, aku tidak akan pernah memberikan mu salam hormat. Menundukkan kepala ku  untuk seseorang seperti mu?! Kau bahkan memiliki status sosial yang lebih rendah di bandingkan dengan diri ku nona!" Runa semakin marah, gadis itu menarik sebuah vas bunga di dekat nya. Gadis itu melemparkan vas indah itu tepat mengenai kepala lemah milik lilith.

"Rasa kan itu!"

Lilith yang malang, tubuh nya terkapar tak berdaya di lantai yang dingin.

Beberapa saat kemudian, lilith mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Suara langkah kaki nya terdengar tenang, tak terburu-buru atau pun tergesa-gesa—seakan-akan melihat seseorang yang berlumuran darah adalah hal yang biasa ia lihat.

"Lilith? Mengapa kau bisa berada di sini?" Kata sang pria, pria itu mengangkat tubuh lilith — menggendong nya secara hati-hati untuk keluar dari lorong menyeramkan itu.

"Seperti nya kau mendapatkan seorang teman. Siapa dia? Apakah anak dari 'si orang miskin' itu? Anak itu terlalu menyukai yang nama nya berhayal." Rambut pria itu sedikit panjang, rambut nya di ikat menggunakan sebuah pita yang memiliki hiasan baru permata di ujung nya.

Wajah nya terlihat sangat santai.

"Sudah lama aku tidak bertemu dengan mu. Bagaimana kabar ibu dan ayah mu? Apakah salah satu dari mereka telah masuk kedalam peti mati?" Kata si pria, lilith hanya bisa menggerakkan kelopak mata nya. Si pria mengerti—tak ingin menayangkan apapun lagi kepada lilith yang sedang sekarat.

***

Snow sedang menikmati kue yang di sediakan oleh kediaman. Pemuda itu mengambil berbagai jenis kue dari berbagai negara. Entah telah berapa banyak kue yang telah masuk kedalam lambung nya—yang jelas itu sudah hampir setengah dari kue-kue yang ada di sana.

Snow memandang louis dari kejauhan, anak itu sedang sibuk berbincang dengan teman-temannya. Tak memperhatikan bahwa sepasang mata seseorang sedang memperhatikan nya dengan tatapan tajam.

Tak berselang lama, sebuah pintu terbuka, menampilkan seorang pria yang sedang menggendong seorang gadis remaja yang berlumuran darah.

Semua orang menghampiri si pria, dokter yang berada di sana segera membawa sang gadis untuk di rawat.

"Sarvya? Ada apa dengan lilith? Apakah kau terluka?!"

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir kakak." Sarvya berjalan menghampiri black dan snow.

Pemuda itu tersenyum kearah mereka, membuka jas nya. Benda itu telah berlumuran darah segera — benda mahal itu sudah tidak bisa di nikmati keindahan nya lagi. Sarvya memberikan benda itu kepada pelayan nya.

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang