40-The End of Everything?

6 2 0
                                    

George berjalan menuju balkon. Ia duduk dikursi yang tersedia disana.

Ia tersenyum manis kearah cahaya rembulan. Ia menggendong Asty kecil di lengan nya, wajah bayi itu berkilauan diantara cahaya bintang.

Asty yang sudah lelah menangis pun — tertidur. Anak itu tertidur setelah sang ayah membacakan sebuah cerita tentang seorang gadis kecil yang sedang berjalan-jalan dihamparan bunga.

"Asty, aku berharap — segala sesuatu yang terjadi kedepan nya, aku masih bisa menerima mu—tidak akan pernah berpikir akan mengembalikan mu ketempat itu." Ucap george.

Asty hampir saja ditelantarkan oleh ibu nya, Atsy yang malang itu — ingin diberikan ke tempat yang sangat tidak manusiawi oleh ibu nya sendiri.

George mengambil asty atas dasar untuk penerusnya. Ia tidak ingin bersusah payah untuk menikah kembali—harus mengemban segala tanggung jawab seorang kepala keluarga.

Ia tidak ahli dalam urusan romansa, ia tidak bisa mempertahankan seseorang agar berada tetap disisi nya.

"Lebih baik menghancurkan — dibandingkan dihancurkan. Jika kau sudah besar nanti, aku akan mengajari mu bagaimana dunia akan mendidik mu, jika aku sudah tidak ada lagi disisi mu." Ucap george.

George mengambil  rosario nya, lalu ia meletakkan benda itu ditubuh anak nya.

"Hey bocah, semoga kau bisa lebih berguna, ketika kau sudah beranjak dewasa."

***

Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ini alciven dan adik nya georgia pergi berkunjung ke tempat peristirahatan terahir kedua orang tua mereka.

Alciven sangat menyadari bahwa saudari nya itu begitu amat sedih akan kematian kedua orang tua mereka.

"Sudah lah, masih ada aku disisi mu." Ucap alciven mencoba untuk menenangkan hati sang saudari.

Gadis itu memeluk tubuh saudara nya dengan erat — nyata nya memang benar, kedua nya hanya saling memiliki satu sama lain.

"Alciven, apakah kita bisa menghadapi segala nya tanpa ada nya ibu dan ayah?"

"Tentu, tentu saja. Kita berdua telah hidup bersama sedari kecil. Membuktikan bahwa kita bisa menghadapi segala nya tanpa ibu dan ayah." Ucap alciven.

Makam yang dikelilingi oleh berbagai jenis burung.

"Makam yang menarik, memancarkan kebaikan."

"Tidak ku sangka, makam orang lain yang menyamar menjadi 'diri ku' ini sungguh, sangat-sangat diagungkan. Sedikit menyedihkan bahwa aku mendapatkan sebuah fakta pahit ini. Tapi kawan, kau memang lah seseorang yang baik. Beristirahat lah dengan tenang — aku turut berduka atas kematian mu. Terima kasih atas segala pengorbanan mu."

Ucap seseorang dari kejauhan. Alciven mencoba untuk melihat wajah seseorang itu.

"Siapa dia? Mengapa ia datang ke makam ayah dan ibu? Apakah ia adalah salah satu dari teman ayah dan ibu?"

Alciven dan georgia sedang bersembunyi dibalik sebuah pohon tinggi di dekat makam ayah dan ibu mereka.

"Terlalu gegabah, menunjukkan wajah mu di depan anak-anak mu langsung—apakah kau tidak akan mempertimbangkan nya terlebih dahulu." Ucap salah seorang pria yang berdiri di dekat makam sang ibu.

"Ayo lah, kau tahu kan — mengakui identitas diawal tidak akan dipercayai oleh mereka. Mereka tidak akan mempercayai bahwa aku masih hidup disini. Sudah lah, kau juga memiliki seorang putra kan? Ia pasti juga akan mengunjungi makam mu. Kalau mereka adalah anak yang berbakti."

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang