20-Gemstone

8 1 0
                                    

Langit semakin gelap. Snow dan black segera kembali ke rumah nyaman mereka masing-masing.

Snow segera berlari kearah pintu kamar nya, pemuda itu ingin segera beristirahat tampa harus bersusah susah terlebih dahulu. Dalam kondisi yang acak-acakan—snow membaringkan tubuh besar nya keatas tempat tidur empuk milik nya.

"Benar-benar melelahkan. Seperti nya besok aku akan menghabiskan waktu ku untuk tidur saja."

Berbeda dengan snow — pemuda itu segera berlari kearah kamar nya. Ia mengunci pintu kamar nya dengan erat, kedua orang tua nya sedang bertengkar. Pemuda itu tak terlalu ingin terlibat, ketika ia telah sampai di depan pintu kediaman—ia segera mendengar suara keributan dari dalam kediaman itu. Suara kedua orang tua nya terdengar hingga keluar kediaman—menembus pintu tebal megah milik kediaman Marley.

Menenangkan diri dengan membaca buku adalah salah satu kebiasaan black. Ketika kedua orang tua nya sedang bertengkar, biasa nya ia akan segera masuk kekamar nya bersama kakak nya. Edward selalu membawa buku cerita di tangan nya jika kejadian yang tak mengenakan itu terjadi. Ia akan dengan peka datang sendiri kekamar adik nya yang malang — menenangkan adik kecil nya dengan suara lembut dan halus milik nya, menceritakan cerita menarik agar sang adik dapat tertidur tampa harus bermimpi buruk. Kebiasaan itu telah mendarah daging hingga hal itu telah menjadi kebiasaan wajib kakak beradik itu ketika kedua orang tua mereka sedang bertengkar.

Sekarang sudah tidak ada lagi yang akan menenangkan diri nya dengan suara lembut dan halus, cerita malam sebelum tidur juga sudah menghilang sekarang, satu-satunya cara black ketika hal itu terjadi adalah dengan membaca buku tebal. Hal itu dapat membuat nya sedikit tenang dan dapat tertidur dengan sendiri nya.

"Kakak, aku berharap kau segera kembali. Aku takut, jika bisa memilih dan kau memperbolehkan ku, aku mungkin sudah pergi jauh dari kediaman yang seperti penjara tahanan ini. Kediaman Marley tidak sama sekali memiliki keindahan dan juga ketenangan yang sering di ucapkan oleh para orang-orang dengan otak dangkal itu. Sebalik nya, kediaman ini lebih terlihat seperti neraka." Kata black, kesadaran pemuda itu memudar. Perlahan-lahan tubuh nya mulai jatuh ketanah, mata nya masih terbuka—setidaknya hal itu lah yang ia rasa kan saat ini. Tubuh nya sangat ringan, tubuh nya tergeletak tak berdaya di atas permukaan lantai marmer seputih salju.

Apakah aku sudah mati? Jika iya, itu sangat baik. Jika tidak, aku berharap keinginan awal ku dapat terwujud sesegera mungkin. Jangan menyiksa ku lagi tuhan, kau telah memberikan ku beban yang terlalu berat. Tidak akan apa-apa kan jika aku membakar kamar ini? Membakar tubuh ku menjadi abu. Keluarga ini sudah sangat berubah.

***

Snow terbangun di tengah malam. Pemuda itu mendengar sebuah suara, suara itu adalah suara pecahan kaca. Snow berdiri dengan tegak, berjalan membuka pintu kamar nya.

Terlihat lorong panjang dan gelap di depan snow. Pemuda itu berjalan mengikuti suara pecahan kaca yang baru saja ia dengar.

"Apa ini? Sebuah tongkat besi? Bagaimana benda ini bisa berada di sini?" Snow menemukan sebuah tongkat besi terbaring dingin di lantai lorong lantai dua. Pemuda itu melanjutkan langkah nya menuju kearah jendela kaca yang hancur yang tidak berada jauh dari kamar nya.

"Ini akan sedikit menyusahkan. Besok pagi aku akan memanggil para pelayan untuk mengurusi kekacauan ini. Apakah kau membutuhkan bantuan—tuan Frank sincra?"

Tidak ada yang menjawab. Snow segera berjalan dengan santai menuju kearah kegelapan lorong lebih dalam lagi. Pemuda itu bersiul halus di tengah kegelapan lorong keramat kediaman werleyn. Berjalan sambil menyeret tongkat besi, suara decitan keras terdengar nyaring di telinga.

"Hari ini aku sedang tidak ingin berolahraga malam. Langsung saja—kau ingin membahas rencana apa malam ini? Kau ingin menyuruh ku untuk membunuh Edward? Anak nya? Istri nya? Lebih baik langsung saja. Hari sudah sangat malam, aku ingin istirahat tuan frank." Kata snow, di balik kegelapan lorong dingin itu — muncul sesosok pria dewasa; tinggi nya sekitar 190cm keatas. Ia memakai mantel hitam, topi hitam terlihat bertengger indah di kepala nya. Menampilkan kesan mahal dan bermartabat di dalam nya. Wajah pria paruh baya itu terlihat—wajah nya tergolong muda. Hanya ada sedikit lipatan di area wajah tegas nya.

𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang