Hari ini, raphael dan rael. Sedang kedatangan tamu dari salah satu anggota keluarga mereka.
Yaitu paman mereka dari garis keturunan sang ibu, dan sekaligus teman baik sang ayah di masa lalu.
"Bagaimana kabar kalian? Aku harap kalian semua baik-baik saja."
Kedua kakak beradik itu pun menyambut sang paman dengan wajah ceria mereka.
"Kakak, apakah kau baik-baik saja di sini? Aku sedikit khawatir dengan kondisi mu, ketika aku mendengar berita tentang kakak ipar. Aku turut berduka atas kematian nya." Ucap sang adik.
"Terimakasih karena telah jauh-jauh datang kemari tayfin. Bagaimana kabar ayah dan ibu?"
"Mereka berdua baik-baik saja."
Kedua anak muda itu tidak ingin merusak kegembiraan kedua orang tua itu. Mereka berdua memutuskan untuk keluar dari ruangan ibu mereka—membiarkan kedua insan itu untuk berbicara lebih, tanpa harus menjaga topik pembahasan mereka.
"Aku baru menyadari sesuatu, apakah kau pernah melihat salah satu lukisan di kamar ibu? Lukisan itu sangat mirip dengan pemandangan laut yang pernah kita kunjungi sebelum nya." Ucap rael.
"Lautan yang paling disukai oleh ayah. Kau juga bisa melihat lukisan ayah bersama teman-teman nya di lautan itu. Wajah mereka selalu menunjukkan rasa kegembiraan, tidak ada beban mau pun kesedihan diwajah mereka." Jelas raphael.
Ketika sedang serius berbincang, tiba-tiba saja—raphael dikagetkan oleh suara seseorang yang memanggilnya sambil berteriak.
Ia adalah putra raphael, harley—anak itu mendatangi ayah nya sambil membawa sebuah tas ditangan nya.
"Kau sudah kembali? Kenapa tidak menetap saja di sana? Tinggal kan saja diri ku dan ibu mu di sini—menjadi tua tampa diketahui oleh anak nya sendiri." Ucap raphael.
"Ayah, aku pergi jauh untuk belajar. Lagi pula kau tahu sendiri aku sangat sibuk di sana. Oh ya ayah — bagaimana kabar tuan dan nyonya Marley, apakah mereka baik-baik saja?" Tanya harley kepada sang ayah.
"Mereka berdua seharusnya baik-baik saja. Mengapa kau mempertanyakan mereka berdua? Apakah kau memiliki urusan penting dengan mereka?"
"Aku ingin memberikan sesuatu kepada mereka. Aku lupa memberikan laporan kelahiran dan masa mengandung anak mereka. Ya, ayah tahu sendiri—ketika aku telah selesai membimbing persalinan nyonya Marley, aku langsung dipanggil oleh guru ku untuk segera berangkat ke Austria." Jelas harley.
"Kau melupakan sesuatu yang sangat penting seperti itu?! Tunggu, bukan kah kau memiliki satu rekan lagi untuk membimbing proses persalinan itu? Biar ku ingat-ingat — ia adalah putra dari tuan muda kedua keluarga Marley. Alciven, mengapa ia juga ikut tidak mengingat hal itu?!"
"Kami berdua berangkat bersamaan, tidak ada yang mengingat tentang hal itu."
Raphael dan rael pun saling melemparkan tatapan menduga.
"Apakah anak yang kemarin ini lahir, adalah anak george?" Tanya rael
"Tentu saja!!" Jawab alciven
"Aku ingin bertemu dengan mereka untuk memberikan kertas ini." Ucap harley.
Raphael dan rael seketika membisu, wajah mereka menjadi pucat pasih. Tidak ada yang berani untuk mengucapkan satu patah kata pun dari mulut mereka.
Raphael merupakan anak pertama sarvya dan flaya. Ia terlahir lebih awal dibandingkan dengan saudara nya—rael.
Ia telah menikah diumur nya yang masih 17 tahun. Tidak terlalu mempermasalahkan umur, jujur saja — umur raphael masih tergolong muda saat memiliki anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞
Mystery / Thriller⚠️warning⚠️ cerita ini hanya cerita fiksi belaka, jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan. cerita ini berkisah tentang seorang bangsawan bernama Jeremy, ia memiliki banyak teman. hidup nya sangat indah dan tertata rapi. kisah hidup nya sangat menar...