Kembali kedalam kamar, melemparkan tubuh ke kasur empuk. Snow tertidur di kasur empuk nya, menunggu dengan sabar sampai sore hari tiba, memikirkan kata-kata yang cocok untuk percakapan nya dengan sang adik nanti.
Snow selalu menjaga louis kecil dengan cara menyamar sebagai orang biasa atau pun menyamar sebagai seorang pria dengan baju hitam dan topi yang melengkapi nya. Snow sangat menyayangi adik nya—walaupun ia sering kali sedikit merasa kesal akan perilaku berwibawa adik nya. Anak kecil yang dulu nya lemah, kini telah menjadi seorang ilmuwan muda.
"Anak itu sudah besar, aku rasa dulu tinggi anak itu hanya sampai ke lutut ku. Dulu dia sangat pendek, sekarang pun masih pendek—akan tetapi setidaknya tinggi nya kini sudah lebih baik dari pada tinggi nya ketika ia masih berumur 15 tahun. Waktu cepat sekali berlalu, aku ingin tetap melihat louis kecil yang bersembunyi di belakang ku, selalu mencuri perhatian ku dan ibu ku. Sudah lah, manusia akan terus tumbuh. Aku tidak bisa menghindari kedewasaan itu, aku hanya bisa berharap jika masa depan adik ku tidak seburuk masa muda ku dulu." Snow beradu tatap dengan boneka beruang coklat di dekat nya.
Boneka beruang coklat itu merupakan pemberian salah satu teman baik snow. Snow memandang sesaat kearah mata si boneka. Ia merasa bahwa boneka itu sedikit aneh, memandang lebih lama—snow menarik pita merah yang melingkari leher si boneka.
"Pita merah? Bukan kah sarvya tak bisa membedakan warna? Bagaimana ia bisa tahu jika pita ini berwarna merah?" Ucap snow, sarvya adalah seorang teman yang memberikan boneka beruang coklat lucu itu kepada snow di hari ulang tahun nya. Sarvya adalah seseorang yang buta warna, snow baru menyadari hal kecil ini ketika ia sudah dewasa. Sarvya memberikan boneka itu kepada snow ketika pemuda itu berulang tahun yang ke 6 tahun. Snow sangat menyukai warna merah, ia sangat menyukainya—terutama warna merah gelap. Pita yang tergantung di boneka itu, di jahit kan sebuah kain bertulisan cukup indah. Itu adalah tulisan tangan sarvya ketika ia masih kecil, anak itu memiliki keahlian menulis yang lebih unggul di banding kan dengan teman-teman sebaya nya.
"Aku ingat, ini adalah tulisan tangan sarvya ketika ia masih kecil." Snow membaca tulisan itu.
'Selamat untuk umur mu yang kini sudah bertambah snow. –– sarvya.'
Snow tertawa, ucapan ini lebih
kemengarah untuk mengejek diri nya yang telah bertambah umur. Snow mengikat kembali pita merah itu ke leher tuan boneka beruang coklat, ia mengambil sebuah kertas."Bagaimana kabar bocah penulis cerita aneh ini sekarang? Aku sedikit terkejut ketika nama nya di sebut-sebut sebagai malaikat oleh ayah Lilith. Apakah ia sekarang menjelma menjadi seorang dewa atau bagaimana?" Snow menulis kan beberapa kata dan kalimat di atas kertas itu.
Sarvya, black dan snow sudah berteman sejak mereka masih kecil. Orang tua mereka adalah teman bisnis, dan ketiga anak malang ini sering di paksa oleh orang tua mereka yang baik—untuk ikut dengan mereka jika para orang-orang tua itu sedang melakukan rapat atau hal lain. Mereka bertiga juga secara kebetulan adalah rekan tim di kemiliteran. Snow dan black adalah dua orang yang tak memiliki pekerjaan lain selain termenung dan membaca buku buatan sarvya yang membosankan setiap hari. Hal itu sudah menjadi rutinitas mereka ketika pagi hari telah tiba.
"Biar ku tebak, Buku-buku buatan nya hanya akan di baca oleh orang tua saja. Buku buatan nya tak memiliki daya tarik di kalangan anak-anak muda." Snow sedikit mengingat beberapa buku buatan sarvya yang ia baca dulu. Itu benar-benar sangat membosankan, setiap kali ia membaca buku itu—ia akan tertidur dengan lelap setelah nya.
***
Memandangi matahari terbenam adalah aktivitas sehari-hari black, menikmati indah nya sore hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭 𝐎𝐧𝐞
Mystery / Thriller⚠️warning⚠️ cerita ini hanya cerita fiksi belaka, jika ada kesalahan kata mohon dimaafkan. cerita ini berkisah tentang seorang bangsawan bernama Jeremy, ia memiliki banyak teman. hidup nya sangat indah dan tertata rapi. kisah hidup nya sangat menar...