Cause i need time
My heart is numb, has no feeling
So while i'm still healing
Just try and have a little patiencePatience—Take That
•
•
•Sebuah tendangan tiba-tiba dari Ezra, berhasil membuat Ganendra terjatuh. Meta yang melihat, entah merasa senang atau khawatir. Khawatir Ezra mengetahui rahasia tentang masa lalunya yang menjijikan.
"Lo nggak papa?" tanya Ezra cepat, Meta menggeleng lemah tanpa bicara sepatah kata pun.
Pandangan Ezra kemudian beralih ke arah Ganendra yang sudah bangun. Keningnya mengerut, bukannya dia salah satu juri di perlombaan biola itu? Batin Ezra bertanya.
"Bukannya Bapak juri di sana? Apa yang Bapak lakuin sama Meta di sini? Meta kan, bukan peserta lomba?" Rentetan pertanyaan bak kereta api itu keluar dari mulut Ezra.
Ganendra tampak menyeringai ke arah Ezra. "Jadi kamu sudah mempunyai pacar, ya, Meta?" sinisnya.
Ezra dibuat bingung dengan pemandangan yang terjadi. Semuanya hanya diam, tak kunjung mendapat jawaban dari kedua belah pihak.
"Saya bukan pacar Meta," aku Ezra.
"Sebenarnya apa yang Bapak lakukan di sini?" lanjut Ezra sedikit lantang.
Meta yang sedari tadi diam, kini membuka suaranya. "Lo nggak perlu tau, Kak! Lebih baik kita pergi dari sini." Meta menggenggam erat tangan Ezra, berniat mengajaknya pergi.
"Meta itu simpanan saya!" seru Ganendra yang membuat langkah Meta dan Ezra terhenti.
Merasa tidak terima, Meta melangkahkan kakinya cepat menuju Ganendra bersiap melayangkan tamparannya. Namun, Ganendra lebih dulu menahannya. Mencengkram kuat lengan Meta.
"Jaga omongan Bapak, ya!" bengis Meta.
Rintik-rintik kecil masih berjatuhan membasahi tubuh ketiganya. Kilatan dan petir turut hadir menghiasi ketegangan. Langit abu menandakan suasana hati Meta sekarang.
"Kamu makin kurusan, ya, sekarang? Kenapa? Biar nggak ada yang tertarik lagi, ya?"
Meta berusaha melepaskan cekalan kuat dari Ganendra, tapi kekuatannya tak mampu. Ia menatap bengis Ganendra. Dari dulu hingga sekarang, lelaki bau tanah itu sama sekali tidak ada bedanya. Kadang Meta bertanya dalam diri, sudah berapa gadis yang menjadi korban nafsunya?
Cuh!
Meta meludah tepat di wajah Ganendra. Ia sudah muak dengan sikapnya yang sampah itu. Perbuatannya sudah sangat melampaui batas, bahkan kata maaf pun tak pernah diucapkan dari bibirnya.
"Bajingan," umpat Ganendra, lalu berniat menampar Meta, tapi Ezra lebih dulu menendang perut Ganendra sampai terhuyung ke belakang.
"Saya nggak tahu apa permasalahannya, tapi ketika melihat situasi ... sepertinya Bapak yang bajingan di sini!" cerca Ezra menatap sengit ke arah Ganendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Rusak
Teen Fiction[End] Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu membuat Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai pupus, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola dipelukannya. Kisah mereka akan abadi di sebuah kanva...