Ch. 35 - The Last Canvas Harmony

26 3 1
                                    

There was something about you that now I can't remember
It's the same damn thing that made my heart surrender
And I'll miss you on a train
I'll miss you in the morning
I never know what to think about
I think about you

About You-The 1975



Jika libur panjang mendekati masa ujian akhir, apa yang para murid lakukan? Ya, tentu saja liburan! Hari ini, Ezra berniat berlibur bersama teman-temannya untuk pergi ke laut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika libur panjang mendekati masa ujian akhir, apa yang para murid lakukan? Ya, tentu saja liburan! Hari ini, Ezra berniat berlibur bersama teman-temannya untuk pergi ke laut. Harusnya memang begitu. Tapi tiba-tiba saja Ezra mendapat pesan lewat ponselnya, katanya Farel dan Fanny tidak bisa ikut karena urusan keluarga yang mendesak.

Seperti sekongkol nggak, sih? Pikir Ezra.

Padahal ia sudah bersiap-siap. Pakaiannya, makanan yang hendah dibawa, pun ia membawa kanvas dan alat lukis lainnya untuk mengabadikan momen di laut lepas. Semua sudah disiapkan dan tinggal berangkat saja, tapi kenapa harus mendadak dibatalkan?

Ezra menggaruk kepalanya frustrasi. Padahal ia ingin melukis senja di laut. Sampai kemudian ada sebuah notifikasi masuk dari layar ponselnya. Ezra terkekeh pelan ketika melihat foto profil gadis itu.

"Dasar wibu," gumamnya.

Ezra tersenyum membaca pesan yang dikirim oleh Meta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ezra tersenyum membaca pesan yang dikirim oleh Meta. Ia menjadi penasaran apa yang akan Meta lakukan di sana. Mengejutkannya? Ya, Ezra tunggu nanti.

Bergegas Ezra meraih kunci motor dan mengeratkan tas bawaannya yang hanya berisi kanvas dan alat lukis. Ia mulai menyalakan mesin motornya, keluar dari gerbang dan melaju membelah padatnya kota Bogor sore hari ini.

Ezra mematikan mesin motornya ketika sudah sampai di pekarangan sederhana rumah Meta. Ia berjalan, lalu mengetuk pintu. Dan terbukalah menampilkan pria paruh baya yang ia kenali itu. Siapa lagi kalau bukan ayahnya Meta? Om Wili.

Ezra tersenyum. "Izin bawa anaknya pergi, Om," kata Ezra.

"Meta sedang siap-siap di kamarnya. Mau dudu di dalam?" tawar Wili.

Kanvas RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang