24. Perfect Pain

14K 709 13
                                    

24 Perfect Pain

.

“Dipersilakan pada semua tamu undangan untuk bersiap-siap mengikuti acara selanjutnya, yaitu berdansa. Sebelum, itu saya akan menyampaikan peraturannya adalah akan ada pergantian pasangan sebanyak dua kali setiap lagu diganti. Hanya itu saja, selamat menikmati pesta malam ini.”

Pembawa acara yang berdiri di tengah-tengah panggung menginterupsi setelah diadakan peniupan lilin serta pemotongan kue. 

Elena tak menangkap kehadiran Kaisar di samping Viona, hanya beberapa saudara dan kedua orang tua wanita itu.

“Ayo!” 

Tangan Kiantara berada di depan Elena, pria itu berniat membawanya menuju lantai dansa yang telah diberi pembatas oleh penyelenggara acara.

Elena menyambut tangan tersebut. Kiantara tersenyum dan menariknya ke arah lantai dansa dimana beberapa orang sudah siap dengan pasangan masing-masing. 

Entah sengaja atau tidak, jarak antara mereka dengan Kaisar yang kini menjadi pasangan Viona tidaklah begitu jauh.

Tangan Kiantara diletakkan di pinggang Elena. Lagi-lagi Elena dapat merasakan jari-jemari lelaki tersebut.

Alunan musik mulai mengisi ruangan besar itu bersamaan dengan orang-orang mengayunkan diri dalam dansa.

Jantung Elena berdebar hebat. Ini bukan kali pertama Elena berdansa dengan seorang pria, biasanya ia akan berdansa dengan Revano. Sang mantan kekasih lah yang pernah mengajarinya. Hanya saja, ketika mata Kaisar yang bersitatap dengannya seolah siap menghunus Elena.

Elena merasakan detakan jantungnya semakin berdebar kencang ketika Kiantara semakin mendekat, wajah mereka hampir bersentuhan. 

“Jangan melihat ke arah Kakak ku! Tataplah aku!” bisik Kiantara tepat di telinga Elena. 

Ia kembali memberi jarak, akan tetapi wajah mereka terlalu dekat, bahkan pandangan Kiantara selalu tertuju pada wajah Elena yang benar-benar canggung di balik topengnya.

Meskipun dansa mereka terasa intens dan mesra, Elena merasa canggung dengan kehadiran Kaisar yang menatap mereka dengan tajam. Setiap tatapan mereka bertemu, Elena merasa seperti diselidiki oleh suaminya sendiri.

Kehadiran Kaisar yang begitu dekat dengan Viona, wanita lain yang tengah berdansa dengannya, menambah kompleksitas dalam situasi itu.

Elena, bagaimanapun, tidak merasakan cemburu. 

Setiap kali tatapan Elena dan Kaisar bertemu, Elena mencoba memahami perasaan yang mungkin ada di balik mata suaminya itu. Namun, segala upaya untuk menerka-nerka pikiran Kaisar terasa sia-sia di tengah gemuruh musik dan dansa yang memenuhi ruangan.

Elena berusaha mempertahankan senyumnya, berusaha menyembunyikan kebingungannya di balik ekspresi wajah yang tenang.

Kiantara memutar tubuh Elena, membuat wanita itu memunggunginya. Tangan besar Kiantara memeluk pinggang Elena dari belakang seraya berdansa. 

Jantung Elena terasa hampir keluar dari tempatnya. Gerakan Kiantara cepat tanpa bisa ia hindari.

“Kamu ingin melihat Kakak ku kan? Lihatlah dia di depanmu!” 

Kiantara merendahkan kepalanya, berbisik lembut di telinga Elena.

Elena dapat menyaksikan kedekatan antara Kaisar dan Viona. Jelas sekali wanita itu tampak senang saat Kaisar menggenggam pinggang rampingnya. Tubuh Elena kembali berputar, kini ia dan Kiantara kembali berhadap-hadapan. Dan hal itu terjadi, tepat musik pertama berakhir.

Perfect PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang