51 Perfect Pain

8.1K 846 29
                                    

51 Perfect Pain

.

“Ada apa, Kakak Ipar?”

Elena memutuskan untuk mengajak Tisya bertemu setelah waktu istirahat tiba. Elena pun telah berbicara pada Kaisar bahwa ia ingin makan siang diluar bersama seorang teman. Sebenarnya ia sanksi bahwa Kaisar tak mengetahui apa yang ia lakukan, mengingat kejadian saat Elena bertemu dengan ibu pria itu. Elena harap Kaisar tidak mengetahuinya kali ini.

“Lama kita tidak duduk berbicara seperti ini,” jawab Elena tak ingin langsung ke akar permasalahan.

Tisya terdiam sesaat. Memang sudah cukup lama mereka tak makan siang bersama. Tepatnya setelah kejadian di pesta waktu itu.

“Kamu benar, Kakak Ipar. Tapi, sebelumnya aku ingin meminta maaf soal kejadian di pesta malam itu.”

Senyuman halus tercetak di gurat wajah Elena. Satu tangannya sibuk mengaduk minuman. Suasana restoran cukup tenang dari kebisingan. Elena sengaja memilih restoran yang cukup mahal agar lebih privasi. Anggaplah ia menggunakan uang Kaisar dengan baik dan benar.

“Bukan itu yang ingin ku bahas, Tisya. Namun, mengenai hal lain.”

Kenyitan halus tercetak di kulit wajah Tisya. Sekarang ia mengerti mengapa Elena tiba-tiba meminta bertemu. Ia pun bicara, “Baiklah, Kakak Ipar. Apa yang ingin kamu bicarakan?”

Pandangan Elena redup sesaat. “Apa kamu mengenal seorang wanita bernama Savira?”

Tisya terdiam. Sementara Elena menunggu dengan hati cemas. Melihat reaksi sang adik ipar, Elena jadi berpikir bahwa Kaisar dan wanita itu memiliki hubungan spesial.

“Darimana Kakak Ipar mengenal wanita itu?” Tisya bertanya dengan raut tak suka. Semakin penasaranlah Elena ketika melihat reaksinya.

“Aku beberapa kali melihat Kaisar pergi bersamanya.”

“Apa?!” seru Tisya seraya menggebrak meja. 

Kedua bahu Elena refleks terangkat karena terkejut. Ia tak menduga dengan tingkah berlebihan Tisya.

“Bagaimana bisa? Kapan Kakak Ipar melihatnya?” tanya Tisya menggebu-gebu.

“Beberapa kali,” jawab Elena. Ia tak ingin menceritakan detailnya.

Hembusan napas kasar keluar dari mulut Tisya, sebelum ia menjawab, “Namanya Savira Angelica Sasto. Dia mantan pacar Kak Kai.”

Sudah Elena duga. Pasti Kaisar dan wanita itu pernah berhubungan di masa lalu, dalam artian hubungan romantis.

“Mereka saling mengenal saat berkuliah di Inggris dan menjalin hubungan selama lima tahun.”

Elena terus mendengarkan. Kaisar hanya mengatakan bahwa hubungannya dan Savira hanyalah sebatas teman. Namun, rupanya lebih daripada itu. Bahkan hubungan mereka terjalin cukup lama. 

Apa mungkin Kaisar masih memiliki cinta untuk wanita itu?

“Apa yang membuat mereka berpisah?”

“Banyak hal. Terutama karena restu keluarga. Keluarga Jatmika dan keluarga Sasto tidak memiliki hubungan yang baik. Jadi, kedua belah pihak keluarga saling menolak. Ditambah lagi saat itu Kak Kai belum memiliki jabatan apapun, Savira lebih memilih menuruti kemauan orang tuanya untuk menikah dengan pria yang lebih mapan.”

“Savira sudah menikah?”

Tisya menganggukan kepala. “Iya. Dan memiliki satu orang anak terakhir kali ku dengar.”

Anak perempuan itu rupanya anak Savira bersama sang suami. Namun, mengapa mereka bisa kembali dekat. Bahkan untuk pergi ke rumah sakit saja bersama Kaisar. 

Perfect PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang