40. Perfect Pain

11.9K 582 8
                                    

40 Perfect Pain

.

Hari itu tepat hari ke tiga puluh sejak Elena menyetujui untuk menjadi seorang istri sesungguhnya untuk Kaisar. Minggu pagi ini, di jam sembilan Elena terbangun dalam pelukan hangat Kaisar tanpa sehelai benang pun di balik selimut. Mereka berdua sama-sama dalam keadaan tidak berbusana.

Elena ingin beranjak, akan tetapi ditahan. Ia tahu Kaisar rupanya sudah bangun, sama seperti dirinya. Usapan seringan bulu menerpa dari punggung hingga ke pinggul, membuat Elena merinding karena pelukan Kaisar semakin dekat. Pria itu mencium keningnya, meninggalkan rasa basah di bagian tersebut.

Meski Kaisar sering menyentuhnya, Elena tetap saja merasa gugup. Jantungnya berpacu hebat setiap kali Kaisar berada di sekitarnya akhir-akhir ini. Namun, Elena tak ingin terbuai. Ia cukup sadar diri bahwa ini hanya sementara. Mau bagaimanapun, orang tua Kaisar tidak akan sudi menerimanya sebagai menantu.

Kaisar menindih tubuh istrinya, bibirnya sempat tersenyum sebelum kembali mencium pelipis wanita yang ia kurung di bawah tubuhnya ini.

“Bagaimana kalau kamu ikut saja perjalanan bisnis ke Kalimantan Timur?” ucap Kaisar. Seraya membentuk pola abstrak di atas dada Elena dengan jari telunjuk.

“Kamu pasti hanya akan sibuk bekerja kan. Aku lebih baik tinggal saja,” balas Elena disertai alasan. 

“Hanya seminggu. Aku akan berusaha meluangkan waktu untukmu. Anggap saja kita akan berbulan madu, bagaimana?”

Elena mengusap pipi Kaisar, wajah tampan itu sedang menunjukan ekspresi penuh permohonan padanya.

“Tidak. Kamu pergilah seorang diri.”

Bulu kuduk Elena merinding seketika saat bagian dada kirinya diremas lembut. Si pelaku menatapnya tanpa dosa dan malah menggerayangi tubuhnya.

“Kita hanya memiliki waktu tiga puluh hari lagi. Bukankah untuk pendekatan, bulan madu adalah solusi yang bagus?” ucap Kaisar, lantas mengecup ringan tulang selangka istrinya.

Elena menggigit bibirnya, mencoba mencari alasan yang masuk akal untuk menolak. "Aku benar-benar sedang banyak pekerjaan, Kaisar. Proyek yang sedang aku tangani tidak bisa ditinggalkan begitu saja," katanya dengan suara pelan.

Kaisar tersenyum tipis, tidak terpengaruh, "Pekerjaanmu akan ditangani oleh tim lain. Aku sudah mengatur semuanya. Sebagai pemimpin perusahaan, aku punya kuasa untuk memastikan semuanya berjalan lancar tanpa kehadiranmu."

Elena menghela napas, tahu bahwa Kaisar tidak akan mudah menyerah. "Tapi tetap saja, aku merasa tidak enak meninggalkan pekerjaan begitu saja," lanjutnya.

Kaisar, sambil meremas lembut pinggang Elena, menatapnya dengan mata penuh keyakinan. "Kamu butuh istirahat, sayang. Dan aku juga. Lagipula, aku sudah merencanakan untuk membawa kita ke beberapa destinasi wisata di Kalimantan Timur. Kamu pasti akan menyukainya. Ada banyak tempat indah yang bisa kita jelajahi bersama."

Jari-jari Kaisar bergerak lembut di sepanjang punggung Elena, membuat tubuhnya merinding. "Percayalah perjalanan ini akan menjadi momen yang tidak terlupakan bagi kita berdua. Aku akan memastikan kamu menikmati setiap detiknya.”

Elena menatap dalam-dalam ke mata suaminya, merasakan ketulusan dalam kata-katanya. Namun, keraguan masih menghantui pikirannya. "Aku hanya tidak ingin ada masalah saat aku tidak ada di sini," gumamnya, meski suaranya mulai terdengar goyah Kaisar, tidak kehilangan senyumnya mengecup lembut bibir Elena. "Tidak akan ada masalah. Aku akan mengurus semuanya. Yang perlu kamu lakukan hanyalah mempercayai aku, dan menikmati waktu kita bersama." 

Elena yang tak ingin niatnya terbaca, memilih untuk menurut. Bagi Kaisar, ini adalah kesempatan untuk mereka mendekatkan diri. 

"Baiklah," katanya , "aku akan ikut.”

Kaisar tersenyum lebar, penuh kemenangan. "Terima kasih, sayang Kamu tidak akan menyesal." Ia lalu menarik tubuh Elena lebih dekat, melanjutkan rangkaian sentuhannya yang lembut dan penuh hasrat.

Dengan hasrat yang semakin membara, Kaisar  menepis selimut yang menyelimuti tubuh mereka. Cahaya pagi yang lembut segera menyentuh kulit telanjang mereka, membuat setiap sentuhan dan gerakan semakin terlihat jelas.

 Cahaya pagi yang lembut segera menyentuh kulit telanjang mereka, membuat setiap sentuhan dan gerakan semakin terlihat jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See u hari selasa guys!!
BTW jgn lupa votenya guys.
Part 🔞 dicut ya guys

Perfect PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang