47 Perfect Pain
.
Kaisar menggeram saat ia melepaskan diri. Punggung telanjangnya kini telah menyentuh kain sprei halus dalam kamar yang mereka sewa.
Pertanyaan yang terlontar oleh mulut Elena begitu mengejutkannya. Jadi, Elena mengetahui pertemuannya dengan Savira. Wajar bila wanita itu tahu, karena pertemuan mereka seringkali di restoran dalam hotel yang sama.
Kaisar menarik kepala Elena agar bersandar di dadanya. Beruntung wanita itu tak menolak, atau terlalu malas untuk menolak.
“Wanita itu namanya Savira. Dia salah satu investor cabang baru Living With di Kalimantan. Kami cukup dekat karena sempat berada dalam universitas yang sama saat S2,” jelas Kaisar.
Tanpa sebab dan hanya bermodalkan keganjilan di hatinya, Elena merasa tak puas. Dan ia tak mengerti dengan perasaannya sendiri. Seolah ada yang salah.
“Tapi, kamu membohongi ku saat aku bertanya,” balas Elena lagi. Ia memutar posisi tubuhnya, dimana perutnya menyentuh kasur dan dadanya bertabrakan dengan dada Kaisar. Elena ingin memandang ekspresi Kaisar ketika menjawab pertanyaannya.
Kaisar balik menilik pada mata istrinya. Tanganya mengusap kepala Elena dengan bibir melengkung. Kening Elena mengkerut hingga menciptakan beberapa garis di sana.
“Maaf. Itu karena aku takut kamu tidak akan menyukainya.”
Terdengar aneh. “Kenapa aku harus tidak menyukainya? Aku malah lebih tidak suka dibohongi.”
“Ah baiklah. Maafkan aku.”
Lagi-lagi Elena tak puas dengan jawaban Kaisar. Tak yakin dengan alasan tersebut. Akan tetapi, ia memilih untuk tak bertanya lagi. Biarlah tanda tanya besar itu bercokol di kepalanya. Elena yakin suatu saat ia akan mendapat jawaban meski bukan dari mulut Kaisar langsung. Wanita itu berasumsi bahwa ia akan semakin memiliki alasan besar untuk tetap berpisah.
.
Satu minggu belakangan telah Elena habiskan berliburan bersama Kaisar. Lebih tepatnya hanya tiga hari terakhir saja, sisanya Kaisar gunakan untuk bekerja.
Baru saja kembali dari Kalimantan, huru-hara mengenai Elena yang tak masuk bekerja selama seminggu, tentu menjadi topik hangat di tempat bekerja. Apalagi hal tersebut terjadi bersamaan dengan Kaisar yang sedang dinas ke luar kota.
Entah sudah berapa kali hari ini Elena mendengar namanya bersanding dengan nama Kaisar dalam topik pembicaraan. Mau bagaimana lagi, ia tak bisa menyumpal satu persatu mulut mereka.
Saat jam makan siang tiba, Elena memilih sebuah warung makan untuknya mengisi perut. Hari ini mereka tak makan siang bersama, karena Kaisar harus menghadiri rapat. Tampaknya akhir-akhir ini Kaisar menjadi lebih sibuk dari biasanya.
Seperti kebiasaannya, Elena bermain ponsel ketika menunggu makanan. Ia membuka sebuah aplikasi sosial media dengan logo kamera karena sebuah notifikasi. Elena baru membuka aplikasi tersebut setelah sekian lama.
Ketika membuka bagian pemberitahun, rupanya akun miliknya ditandai dalam sebuah unggahan cerita sebelas jam yang lalu. Dahi Elena mengkerut ketika menyadari nama yang tertera pada akun tersebut, @JtmikaKaisar. Ia segera membuka unggahan tersebut.
Wajahnya seketika memanas saat menyaksikan sebuah foto kolase berkotak empat, ditambah lagi dengan emoji hati merah muda di bagian tengah. Dalam foto itu terdapat beberapa pose saat ia dan Kaisar tengah menikmati pemandangan matahari terbit. Elena semakin malu ketika melihat kotak kedua, dimana Kaisar tengah mencium bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pain
عاطفيةBagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.