25 Perfect Pain
.
Kiantara yang malam itu sebenarnya tak memiliki niat menghadiri pesta, kini mulai menikmati apa yang tengah terjadi oleh aksi kakaknya sendiri. Ia berada di sebuah tempat yang tidak membuatnya menjadi sorotan dengan Tisya yang berdiri tepat di sampingnya dengan segelas sampanye.
Jelas kehadirannya malam ini atas paksaan si Tuan Putri. Tisya sampai menjelaskan panjang lebar alasan dan tujuannya, bahkan mengancam. Hingga, mau tak mau Kiantara menurut. Kalau tidak rahasianya akan diadukan pada ibu mereka yang agak otoriter dan kejam. Bisa membahayakan pujaan hatinya kalau begitu.
“Sekarang kamu tahu jawabannya?” tanya Kiantara dengan nada berbisik. Pandangannya terarah pada para tamu undangan yang sibuk berbincang dan menikmati hidangan.
Tak luput, beberapa kali telinganya mendengar pembicaraan perkara adegan ciuman yang dilakukan oleh Kaisar tanpa tahu malu.
“Menurut Kakak, apa Kak Kai mulai mencintai istrinya?”
“Menurutmu bagaimana?”
Bahu Kiantara menerima sebuah pukulan dari Tisya yang kesal. Bukannya memberi jawaban malah balik bertanya.
Sudut bibir Kiantara tertarik. Ia melirik pada raut Tisya yang kesal meski tertutup topeng.
“Ada dua kemungkinan, adikku.”
“Apa itu?”
“Kemungkinan kemungkinan.”
“Sial! Aku serius tahu.” Perempuan itu berdecak kesal. Kiantara memang kurang ajar.
Kekehan kecil keluar dari mulut Kiantara. Ia mengusak rambut Tisya dan perempuan itu malah tambah kesal.
“Jangan merusak rambutku!”
“Kemungkinan pertama, Kaisar memang mulai jatuh cinta pada istrinya. Yang kedua, mungkin itu hanya perasaan memiliki. Jadi, bisa dikatakan Kaisar tidak suka miliknya diganggu.”
Mulut Tisya melongo. Kemungkinan kedua itu terdengar sangat kurang ajar. Memang Elena sebuah barang?
“Apa Kak Kai sebrengsek itu memperlakukan istrinya seperti barang?”
Kedua bahu Kiantara mengendik. “Kakak hanya menduga, bisa saja salah.”
“Kakak tahu tidak apa yang terjadi saat mereka menginap di rumah Mama dan Papa?”
“Apa?”
“Kedua orang tua kita menaruh kamera tersembunyi di kamar Kak Kai.”
Dahi Kiantara mengkerut. Dia menatap adiknya serius kali ini.
“Untuk apa?”
“Yang pasti untuk membuktikan gosip yang beredar di perusahaan soal Kak Kai dan Elena yang berhubungan suami istri di kantor. Anehnya hingga hari ini Kak Kai tidak marah sama sekali, padahal dia sendiri yang menutup kamera. Dan saat itu mereka sedang-”
“Memangnya ada yang salah dengan Kaisar meniduri istrinya?”
Kiantara kini tampak kesal. Tidak menyangka kedua orang tuanya berbuat sesembrono itu terhadap anak dan menantu.
“Nah, kita berpikiran sama. Lagipula, status mereka memang sah untuk melakukan hal semacam itu. Mama dan Papa tidak ada hak untuk ikut campur. Dan Mereka juga melarang Elena hamil, Kak.”
“Tadi siang kamu bilang kamu diperintahkan oleh Mama untuk memata-matai hubungan Kak Kai dan istrinya. Apa kamu benar-benar melakukannya?”
Kiantara menatap kedua bola mata Tisya yang juga menatapnya. Saat itulah ia dapat menebak jawaban apa yang tengah Tisya pikirkan. Ia tahu maksud tatapan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pain
RomanceBagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.