36. Perfect Pain

16.3K 634 15
                                    

Part 35 nya skip ya guys , seperti biasa 😁
Silakan yg mau baca ke karya karsa aja. Buat pembaca baru jangan khawatir, cerita ini akan tamat di sini. Bedanya yg ++ dan extra part cmn di karya karsa.

Update tiap selasa dan jum'at.

36 Perfect Pain

.

Beberapa hari telah berlalu, suasana di sekitar Elena mulai berubah. Kehidupan sehari-harinya bersama Kaisar menjadi lebih intens dan intim. Pagi itu, mereka sarapan bersama di ruang makan yang elegan. Kaisar, dengan senyum lembut, menyajikan secangkir kopi untuk Elena. 

Sesungguhnya pagi itu Elena bangun sangat pagi dari biasanya. Ia ingin membuat sarapan, namun Kaisar menahannya dan malah meminta jatah. Mau menolak tapi Kaisar bergerak lebih cepat. Alhasil pagi itu mereka hanya sarapan roti bakar dilengkapi dengan kopi susu olahan Kaisar sendiri.

"Kopi pagi ini khusus untukmu, Elena. Aku berharap hari ini membawa banyak kebahagiaan," kata Kaisar dengan nada lembut, menatap Elena dengan penuh perhatian.

Elena mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Terima kasih, Kaisar."

Mereka berangkat kerja bersama, mobil mewah yang mereka tumpangi melaju dengan kecepatan stabil. Di kantor, kehadiran Kaisar dan Elena yang semakin sering bersama tidak luput dari perhatian para karyawan. Bisik-bisik dan gosip mulai beredar di setiap sudut perusahaan. 

"Apakah kalian dengar? Pak Kaisar dan Elena kelihatan semakin dekat," bisik seorang karyawan kepada rekannya.

"Iya, aku juga memperhatikan. Mereka sering makan siang bersama akhir-akhir ini," jawab rekannya sambil mengintip ke arah ruang kantor Elena yang bersebelahan.

Selama makan siang, Kaisar membawa Elena ke dalam ruang kerjanya atau restoran mewah di dekat kantor. Seperti saat ini, mereka duduk di meja yang agak tersembunyi dari pandangan publik. Kaisar dengan hati-hati memilihkan menu untuk Elena, memperhatikan setiap detail yang membuatnya merasa nyaman.

"Elena, pilihlah makanan yang kamu sukai!" kata Kaisar dengan nada romantis, matanya menatap Elena dengan intens.

Elena merasakan detak jantungnya semakin cepat. Sikap lembut dan romantis Kaisar membuatnya bimbang. Ia tahu ia tidak boleh terjebak dalam perasaan ini. Namun, perhatian dan kasih sayang yang diberikan Kaisar membuatnya sulit untuk tetap fokus pada rencana pelariannya.

Di tengah kebingungan hati, Elena berusaha untuk tetap tenang. "Terima kasih, Kaisar. Makan siang ini sangat enak," jawabnya dengan senyum tipis setelah mencoba makanan yang telah tiba di meja. Meskipun begitu, dalam hatinya ia masih berjuang melawan perasaannya.

Hari-hari berlalu, dan Kaisar terus menunjukkan perhatian yang lembut dan romantis kepada Elena. Meskipun begitu, di balik senyum dan perhatian itu, Elena tetap mengingat tujuan utamanya: kebebasan. Ia tahu ia harus kuat dan tetap teguh pada rencananya.

Pada sore hari , mereka kembali ke rumah setelah seharian bekerja di kantor. Sepanjang perjalanan, Kaisar mencoba menciptakan suasana yang hangat dan bersahabat.

"Bagaimana menurutmu tentang proyek baru perusahaan, Elena? Aku ingin mendengar pendapatmu," tanya Kaisar, matanya melirik sekilas ke arah Elena.

Elena, yang masih berusaha untuk tetap profesional, menjawab dengan tenang, "Proyek itu sangat menarik, Kaisar. Aku pikir perusahaan bisa mencapai banyak hal jika kita melibatkan tim yang tepat dan mengatur strategi yang baik."

Kaisar tersenyum, puas dengan jawaban Elena. "Aku setuju. Aku selalu menghargai pandanganmu, Elena."

Kaisar kembali membuka suara, berharap tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Meski beberapa hari ini hubungan mereka tampak lebih baik. Elena kadang memberi jawaban ala kadarnya. Mungkin wanita itu kelelahan, pikir Kaisar. Maka dari itu ia lebih memilih untuk ikut diam sepanjang perjalanan.

Perfect PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang