60. Perfect Pain
.
Elena mencoba mencerna dalam otaknya setiap kata yang Kaisar lontarkan. Terdengar tulus, sangat tulus dengan mata menyorot lembut hanya padanya. Elena tahu pria itu berkata jujur.
"Bagaimana dengan kedua orang tuamu, Kai? Mereka tidak akan setuju dengan aku sebagai istrimu." Elena menggigit bibir bagian bawahnya.
"Jika kita memiliki bayi, mungkin... mungkin mereka dapat mempertimbangkannya, Sweetheart. Lagi pula, kita sudah menikah. Aku akan mempertahankan kamu untuk tetap berada di sampingku, menjadi istriku."
Wajah itu tampak frustasi saat meyakinkan Elena. "Selamanya," lanjutnya.
Perkataan Kaisar terdengar mudah. Akan tetapi, Elena meragukan keyakinan suaminya itu. Karakter Devita begitu keras dan memaksa. Apapun keinginannya harus sejalan sejak awal hingga akhir. Pemberontakan Kaisar tentu dapat menjadi bumerang suatu saat nanti di keluarga Jatmika.
Pada akhirnya Elena terdiam, menarik tengkuk Kaisar, lantas mencium dengan penuh tuntutan. Mereka saling bertukar saliva dan gairah yang memanas.
Malam ini ia akan menikmati setiap sentuhan Kaisar. Entah bagaimana dengan esok, Elena tak ingin memikirkannya terlebih dahulu.
.
Mereka kembali bekerja di keesokan harinya dalam keadaan terlambat. Yaitu di jam setengah sebelas siang.
Menjadi pusat perhatian membuat Elena merasa biasa saja. Ia sudah terbiasa.
Kaisar kembali mengecup bibir istrinya, sebelum wanita itu keluar. "Semangat bekerja, Sweetheart!" ucapnya lembut.
"Semangat bekerja Kai!" balas Elena dengan senyum ceria. Ia melambaikan tangan dan melangkah mundur, keluar dari lift. Kaisar membalasnya hingga pintu kembali tertutup.
Beberapa orang menatap heran pada kedatangan Elena. Namun, wanita itu tak beranjak, hanya berdiri di depan pintu lift. Kemudian melangkahkan kakinya ke dalam lift yang kembali hadir. Ia turun ke bawah. Memesan taksi online.
Elena pulang ke rumah Kaisar. Ia sudah tidak bekerja di Living With. Surat pengunduran diri telah diterima dan kemarin adalah hari terakhirnya bekerja. Beruntung Kaisar tak mengetahui hal tersebut.
Ia memasuki kamar. Dengan cepat meraih koper yang masih tersimpan rapi di dalam walk in closet. Elena memasukan baju-baju miliknya dengan tergesa-gesa. Menutup koper dan menyeret hingga mendekati ranjang.
Ditangannya terdapat sebuah map berisikan surat. Serta kartu berwarna hitam mengkilap yang sempat Kaisar berikan padanya. Elena hanya membawa benda-benda yang pernah ia bawa. Tak ada satupun barang pemberian Kaisar dalam koper serta tas kecil miliknya.
Elena meletakan dua benda itu di atas ranjang yang penuh kenangan buruk sekaligus bahagia untuknya. Ia menatap cukup lama dalam kesunyian. Elena pikir ini adalah keputusan yang tepat bagi mereka berdua.
Tak ingin bertahan lebih lama, membawa koper serta tasnya turun. Elena berpapasan dengan Bi Murni yang menatap heran padanya. Apalagi dengan Elena yang keluar membawa sebuah koper berwarna ungu.
"Mau ke mana, Nona?"
"Ah, Bi Murni. Saya ingin bermalam di rumah Bibi Ayu karena Kaisar akan pergi ke luar kota, Bi," jelas Elena penuh dusta.
Bi Murni tersenyum sungkan. "Tumben Tuan Kaisar tidak memberi tahu, Non."
"Kaisar pergi secara mendadak hari ini. Bibi Ayu katanya sedang merindukan saya, Bi Murni. Karena ada kesempatan, saya rasa sekarang waktu yang tepat."
Bi Murni mengangguk patuh. "Mau diantar supir saja, Non?"
Elena menggeleng cepat. Bisa-bisa rencananya gagal kalau sampai diantar oleh supir. "Tidak perlu, Bi. Saya naik mobil sendiri."
Ia tak banyak bicara lagi. "Kalau begitu hati-hati, Nona Elena."
Elena tersenyum dan dapat bernapas lega. Beruntung Bi Murni tidak mencurigai alasan palsunya.
"Kalau begitu saya berangkat ya Bi."
"Baik, Non. Biar saya bantu membawakan kopernya, Nona."
"Ah tidak perlu, Bi. Saya masih bisa sendiri. Terima kasih."
Bi Murni tersenyum manis. Melihat sifat istri dari majikan laki-lakinya, ia begitu senang. Elena sungguh rendah hati.
Elena meninggalkan ruang tamu dan memasukan seluruh barangnya ke bagian bagasi. Kehamilannya yang masih terbilang muda, tak menghalanginya. Ia pun masuk ke bagian setir, melaju keluar meninggalkan rumah Kaisar, suaminya.
Ada bagian yang di cut (cuman bagian Boombayah kok guys)
Yang mau baca duluan buat liat kegilaan Kaisar (walaupun gk segila anaknya) silakan ke karya karsa 🤣
Sampai jumpa hari Selasa 😘
VOTENYA KENCENGIN LAGI GUYS!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pain
RomanceBagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.