42. Perfect Pain

12K 770 68
                                    

42 Perfect Pain

.

Kala pagi datang, Elena lagi-lagi terbangun dalam pelukan suaminya. Sedangkan pria itu belum sama sekali. Elena mengecek jam di ponselnya, jam setengah sembilan pagi. Ia ingat, tadi malam setelah mereka bercinta Kaisar berkata akan ada pertemuan di jam sembilan pagi. 

Ia menepuk bahu Kaisar. “Bangun Kai!” 

Elena tahu Kaisar sedang berpura-pura tertidur, buktinya pria itu malah memeluknya semakin erat. Pipi Elena jadi menabrak dada bidang Kaisar.

“Sudah hampir jam sembilan. Kamu tidak lupa dengan pekerjaan mu kan?”

Benar saja, Kaisar langsung membuka mata dan terduduk. Ia mengecek waktu di ponselnya dan berdecak kesal.

“Kenapa tidak membangunkan ku sejak tadi?”

“Aku juga baru bangun. Itu juga karena ulah mu semalam.”

Kaisar melongos dan beranjak dari kasur, berjalan cepat menuju kamar mandi. Elena geleng-geleng kepala dan menahan tawa, Kaisar sampai lupa menutupi tubuhnya.

Pagi itu, Kaisar tampak sibuk mondar-mandir di dalam kamar mereka. Keluar dari kamar mandi, lalu mengenakan pakaian yang telah Elena siapkan di atas kasur. Kaisar sibuk menata rambutnya, sementara Elena mau tak mau ikut membantu memasangkan dasi. Ini pertama kalinya Elena melihat suaminya tergesa-gesa saat berangkat bekerja.

“Selesai,” pungkas Elena setelah berhasil merapikan dasi.

“Terima kasih, cantik.”

Elena sempat tertegun ketika Kaisar mencium keningnya setelah bicara. Lalu, memegang belakang kepalanya dan menatapnya.

“Mungkin beberapa hari ini aku akan sibuk. Aku berjanji akan mengajakmu ke tempat yang bagus di akhir pekan,” ucap Kaisar.

“Iya,” balas Elena salah tingkah.

Kaisar tampak merogoh sesuatu dari dompetnya. Mengambil kartu berwarna hitam, lalu menyodorkan benda itu pada Elena. Wanita itu jelas tahu jenis kartu apa yang suaminya berikan.

“Jika kamu ingin berjalan-jalan dan berbelanja, pakailah ini! Kodenya 010994.”

“Tapi, aku punya uang sendiri.”

Sudut bibir Kaisar tertarik. Ia mengusap pipi Elena yang memerah dengan ujung ibu jari. Meski rambut Elena berantakan, ia tetap menyukainya.

“Simpan saja uangmu! Kamu istriku, harus menggunakan uangku. Mengerti? Aku harus segera berangkat. Selamat tinggal!”

Elena berdiri mematung sambil melihat kepergian Kaisar. Setelah terdengar pintu dikunci, ia menatap kartu berwarna hitam di tangannya. Kartu yang hanya dapat dimiliki oleh orang kaya dengan minimal pendapatan tiga koma enam miliar pertahun. Dan Elena yakin, pendapatan Kaisar bisa lebih dari itu. Kaisar terlalu mudah memberikan benda ini padanya. 

Baiklah, Elena akan mengunakan hak istimewa ini. Pertama-tama, ia harus membuat rencana hendak pergi ke mana terlebih dahulu. Kota ini asing untuknya, ia harus menjelajahi internet untuk membuat rencana.

.

Pada siang hari, Elena akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai satu. Ia berencana berwisata kuliner hari ini, setelah menjelajahi internet. Wanita itu keluar dengan mengenakan rok di bawah lutut berwarna moka yang polos, serta blouse putih bermotif bunga-bunga matahari berukuran kecil.  Rambutnya diikat setengah menggunakan ikat kecil berwarna hitam, lalu ditambah jepit rambut berbentuk pita, pada bagian bawahnya dibuat bergelombang. Di bahunya tersampir tas berwarna hitam. Elena sengaja membawa satu tas yang berwarna netral.

Perfect PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang