Halo guys!
Kayaknya byk yg salah paham soal double vote kemarin ya 🤭
Jadi knp aku blm update pas udh nyampe 650? Itu karena di bab 43 itu aku tantangin vote 650 dalm satu hari. Nah sedangkan vote 650 itu lbh dri sehari, jadinya gak double vote.Dan makasih banyak-banyak atas vote kalian.
Sebelum baca jangan lupa ⭐️ dulu.
.
44 Perfect Pain
.
Elena masuk kamar dalam pikiran kalut. Mengapa Kaisar berhenti di lantai tempat wanita itu berada? Apa yang akan mereka lakukan? Tapi, bukankah ada anak kecil. Tidak mungkin mereka berbuat sesuatu hal yang lain. Pertanyan-pertanyaan itulah yang terus berulang di kepalanya.
Wanita itu langsung mengganti baju dengan yang tadi ia gunakan sebelum keluar. Saat kemeja yang ia kenakan terlepas dan tergeletak di lantai, suara langkah kaki terdengar mendekat. Elena jelas merasa kaget, karena rupanya Kaisar kembali lebih cepat dari dugaannya.
“Kamu sehabis dari luar?” tanya Kaisar ketika menyaksikan Elena berganti pakaian. Wanita itu tanpa ragu melepas celana panjangnya, lalu menggantinya dengan celana pendek di hadapan Kaisar.
“Iya. Aku makan di luar tadi,” balas Elena tenang. Meski rasanya ingin mengatakan kekesalannya karena Kaisar yang telah dua kali membohonginya. Meski sedikit tak masuk akal karena ia bahkan baru saja menghubungi Kaisar.
Elena berbalik dan mendapati Kaisar telah berada tepat di depan wajahnya. Pria itu menarik pinggang Elena dan memeluknya.
“Maaf. Karena kesibukan ku, aku jadi tidak bisa menemanimu.”
Elena tersenyum palsu. Ia mendongak dan memegang pipi Kaisar. Sedangkan pria itu heran dengan gelagat istrinya.
“Aku mau pulang, jika di sini kamu masih sangat sibuk,” ucap Elena dengan nada rendah. Ditatapnya mata Kaisar yang seolah tak menerima permintaannya.
“Kita akan pulang bersama pada hari minggu, Elena. Aku sudah mereservasi salah satu kamar untuk kita berdua.” Kaisar memperbiki anak rambut Elena. Ia yakin istrinya merasa bosan karena sering ditinggal.
“Aku bosan terus berada di sini, bingung harus pergi ke mana. Lagi pula, kamu sangat sibuk dan tidak ada waktu.”
“Elena, mulai besok aku sudah tidak memiliki agenda kerja lagi. Kita akan berangkat ke pulau Maratua esok pagi, mengerti?” jelas Kaisar pada istrinya.
Elena tampak menghela napas. Ia pikir Kaisar akan terus menjadikan alasan pekerjaan untuk bertemu wanita bernama Vira itu. Namun, dugaan Elena kali ini meleset. Kaisar menutupinya dengan begitu baik seolah tak terjadi apa-apa.
Kaisar tersenyum kala menyaksikan Elena mengangguk kecil. Tanpa bisa Elena hindari Kaisar menggendongnya dengan cepat, lantas membaringkannya di atas kasur. Kemudian mencium bibirnya dengan sangat menuntut. Gerakkan menggebu-gebu Kaisar terpaksa berhenti saat Elena mendorong dadanya menjauh.
“Aku lelah. Kita lakukan lain kali saja, ya?”
Melihat wajah memohon istrinya, Kaisar pun luluh. Ibu jarinya mengusap bibir bawah Elena.
“Maafkan aku. Kamu beristirahatlah. Aku akan mandi.”
Kaisar tersenyum saat Elena menganggukan kepala. Lalu meninggalkan ranjang untuk membersihkan diri di kamar mandi.
.
Pada siang hari, Elena tiba di tempat tujuan bersama Kaisar. Turun dari mobil mereka dibantu oleh dua orang pegawai resor untuk membawakan barang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pain
RomanceBagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.