54 Perfect Pain
.
Pertemuan Elena dan sosok wanita di depannya ini terasa sangat canggung. Clara, wanita tersebut tampak lebih berisi dibandingkan sebelumnya.
Beberapa kali Elena melihatnya, Elena baru sadar bahwa Clara selalu mengenakan pakaian tertutup serta lebih longgar. Tidak seperti Clara biasanya, yang kerap kali mengenakan pakaian lumayan ketat dan membentuk badan.
“Ada apa, Clara?” Elena memutuskan untuk berbicara terlebih dahulu. Menunggu Clara membuka mulut sepertinya akan menghabiskan waktu cukup lama.
Sementara ia tak bisa bertahan lebih dari tiga puluh menit. Kaisar menunggu dirinya di ruangan.
Clara meneguk salivanya sekali. Keakraban yang pernah terjalin antara mereka berdua bagai ditelan bumi. Melihat dari cara pandang Elena, jelas sekali wanita itu tidak berminat menemuinya.
“Apa kabar mu sekarang, Elena? Lama tidak berjumpa.” Kalimat itu yang baru bisa keluar dari mulut Clara.
Jujur Elena tak mau berbasa-basi. “Seperti yang kamu lihat, keadaanku cukup baik. Yah, walau banyak sekali perubahan dalam hidupku.”
Clara tersinggung. Jelas perubahan yang Elena maksud adalah karena perbuatannya yang merugikan. Elena bahkan tidak bertanya mengenai kabarnya. Tidak seperti Elena yang dulu dan itu ulah Clara sendiri. Elena tidak akan bersikap demikian, jika saja dirinya tak membuat kesalahan fatal.
“Ah begitu kah. Senang melihat mu masih dalam keadaan yang baik,” ujarnya canggung.
“Mengenai kepergian ku…” kata Clara. Ia menghela napas sebelum lanjut bicara, “Aku meminta maaf karena telah mengorbankanmu menjadi pengantin Kaisar. Aku tidak pernah berpikir bahwa Bibi Devita akan meminta seorang pengganti, Elena. Aku pikir… hm… pernikahan itu akan dibatalkan begitu saja.”
Clara menunduk malu. Ia mengigit bibirnya setelah bercerita.
Elena mencoba tak bersikap emosional. Ia butuh ketenangan jiwa untuk mendengarkan pengakuan Clara tentang kepergiannya.
“Alasan apa yang membuatmu meninggalkan pernikahan itu, Clara?”
Tatapan Elena penuh selidik. Ia tak peduli dengan ekspresi penyesalan yang Clara tunjukan. Yang Elena tahu, Clara adalah perempuan yang baik serta anggun. Hubungan persaudaraan mereka pun sangat dekat, dulunya. Namun, ternyata dibalik sifat itu ada tipu muslihat yang Clara perbuat.
Clara berupaya menatap manik mata Elena yang sedang menunggu jawabannya. Sejujurnya ia pun merasa bersalah pada sang sepupu. Bayangkan saja menikah dengan seorang pria yang bukan pujaan hatinya, pasti terasa sulit. Bahkan dirinya, Clara, mampu meninggalkan calon suaminya demi sang kekasih gelap yang amat ia cintai.
“Aku hamil, Elena.”
Kedua tangan Elena yang berada di atas pahanya meremas kuat. “Apa itu anak Revan?” tebaknya.
Anggukan kecil dari Clara membuat Elena berpikir, rupanya hubungan mereka sudah sejauh itu.
“Kamu yakin itu adalah anak Revan? Apa Kaisar tahu?”
“Aku yakin bayi dalam perutku adalah anak Revan, Elena. Hanya dia… pria yang tidur denganku.” Clara berhenti sesaat untuk melihat reaksi Elena, akan tetapi wanita itu tampak biasa saja. “Kaisar, aku tidak tahu apakah dia mengetahui hubunganku dan Revan,” lanjutnya.
“Ibu dan Ayah mu bagaimana? Apa mereka tahu?”
“Mereka tahu. Aku kembali menemui mereka seminggu setelah pernikahan mu dan Kaisar dilaksanakan. Kami mengatakan segalanya dan…” sekali lagi Clara meneguk air liur, tengorokannya menjadi cepat kering. Rasanya cukup sulit menceritakan hal ini pada Elena. Ia tahu ini akan sangat mengecewakan sepupu sekaligus sahabatnya itu. “Kami menikah secara sederhana atas desakan kedua orang tua ku dan Revan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pain
RomanceBagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.