[Bab 36] Berpisah denganmu akan membunuhku

1.5K 262 31
                                    

Happy reading!

=====

Galen mengurangi tekanan di atas gas saat roda pajero mulai memasuki area basemen apartemennya. Keempat roda pajero milik Galen mengitari area basemen terlebih dahulu sebelum sepasang matanya menemukan sebuah mini cooper biru yang sudah terparkir beberapa saat yang lalu. Pria itu membanting setir mobil dan menghentikannya di sebelah kanan mini cooper biru tersebut.

Melihat bayangan dalam mobil di sebelahnya, mengundang kebahagiaan melambung dengan cepat di dalam dada Galen. Pria itu tidak bisa mengartikulasikan perasaan yang meluap dalam dada setiap kali bertemu dengan Naora, yang membuat bibirnya selalu melekuk senyum dengan sendirinya.

Galen meliukkan tubuh keluar dari mobil, lantas berjalan mengitari moncong pajero untuk mendekati Noara dan mendapati wanita itu sudah menurunkan kedua kakinya.

Kata cantik tak cukup menggambarkan seorang Naora Delmar di mata Galen. Bagi Galen, Naora adalah makhluk terindah yang pernah dia lihat selama hidup—selain Elisa, ibundanya. Perpaduan antara kecantikan, kecerdasan dan keanggunan ada pada diri Naora dan semua itu begitu membuat Galen terpesona.

"Hai. Selamat siang," sapa Galen berdiri di depan Naora.

"Hai juga. Selamat siang," balas Naora. Hari ini wanita itu mengenakan outfit santai berupa terusan diatas lutut dengan motif etnik warna coklat dan emas yang sesuai dengan kulit putihnya. Pakaian dengan potongan off shoulder sudah memperlihatkan leher dan bahu Naora yang indah, mengundang Galen harus mengingatkan dirinya berkali-kali untuk menahan diri. "Kita pakai mobil siapa?"

"Mobilku saja. Mobilmu aman kok menginap di sini," jawab Galen dan hanya dibalas anggukan oleh Naora.

"Okay. Aku ambil tasku." Naora memutar tumit dan membuka pintu belakang mobilnya untuk meraih sebuah tas travel kecil. Galen membukakan pintu belakang pajero agar Naora bisa meletakkan tas travel-nya di sana.

Naora memang selalu menjaga jarak bila mereka berada di luar dan Galen sangat memahaminya. Kendati Galen sudah gatal ingin menyentuh dan memeluk Naora, tapi Galen berusaha menjauhkan tangannya dari wanita itu.

"Sudah siap?" tanya Galen sembari menarik pintu depan pajero untuk Naora. Wanita itu tersenyum dan mengangguk lalu membawa tubuhnya meliuk masuk ke mobil. Galen menutup pintu. Bergegas pria itu kembali berjalan mengitari moncong pajero dan duduk di sebelah Naora.

Mereka saling memandang untuk beberapa saat sebelum atmosfer di dalam mobil berubah. Tak dapat menahan diri lagi, Galen mendekat dan merangkum wajah Naora dengan tangan kanannya. Detik berikutnya Galen menerkam bibir Naora dan menciumnya dengan keras. Menyelipkan lidahnya masuk dan membuai di sana, Galen mengungkapkan kerinduannya kepada wanita itu.

"Aku merindukanmu," desah Galen setelah ciuman mereka yang menguras oksigen berakhir.

"Aku juga," bisik Naora. Dia menyandarkan kepala di tangan Galen, mengundang erangan lirih keluar dengan samar dari bibir pria tersebut.

"Sebaiknya kita berangkat sekarang atau kita malah berakhir di apartemen." Sesudah berkata demikian, Galen mencium kening Naora sesaat dan menjauhkan wajahnya. Naora mengangguk mengiakan.

Beberapa saat kemudian roda pajero Galen mulai menggeleser di atas lantai basemen dan meninggalkan area parkir apartemen. Mereka menembus keramaian lalu lintas Jakarta dan melaju ke arah Bogor.

~oOo~

Cakrawala senja berwarna jingga, merah muda dan opal, membias dalam ledakan simfoni di kaki langit. Mereka membentang dengan indah di atas puncak gunung di kejauhan. Ditemani matahari yang bersiap tenggelam, Galen dan Naora duduk di atas sofa malas di beranda sebuah vila.

[END] Dangerous AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang