[Bab 38] Menuntut sang penyandera mimpi

1.2K 236 62
                                    

Happy reading!

=====

Entah disadari Arzan atau tidak, Farah hari ini memang sedikit irit bicara. Semua gara-gara undangan pernikahan yang dikirimkan Nicole kepada Farah kemarin. Setelah melewati masa pacaran selama dua tahun, akhirnya sahabat Farah itu resmi dipersunting oleh calon suaminya, seorang direktur di sebuah bank swasta nasional. Sungguh beruntung nasib Nicole, meski usia calon suaminya sepuluh tahun lebih tua, tetapi pria itu masih lumayan tampan dan pastinya, sangat kaya raya. Farah sungguh iri dengan keberuntungan sahabatnya itu.

Pesta pernikahan Nicole akan diadakan pada akhir minggu ini dan Farah enggan hadir di acara tersebut. Pasalnya, di antara sahabat-sahabat Farah, tinggal dirinya saja yang belum memiliki pasangan-baik pacar, apalagi calon suami. Tentu saja Farah bisa tahu karena sahabat-sahabat Farah itu suka memamerkan kehebatan pasangan masing-masing saat kumpul bareng. Lihat saja Irine, sahabat Farah yang paling sering mengajak pacar bulenya di acara kumpul-kumpul mereka. Menurut Irine, pacarnya yang bekerja di sebuah perusahaan energi global dan bergaji dolar tersebut meminta wanita itu untuk menetap di Amerika setelah mereka menikah. Atau Bianca, sahabat Farah yang baru satu bulan menikah dengan suaminya yang seorang general manager di sebuah perusahaan sekuritas. Hebatnya, Bianca berhasil membuat laki-laki tersebut melamarnya meski mereka pacaran baru enam bulan yang lalu-bahkan suaminya itu memberikan BMW X5 kepada Bianca sebagai hadiah pernikahan mereka. Ck. Mendengar kesuksesan pasangan mereka sungguh menjengkelkan buat Farah karena dirinya tidak punya pacar kaya raya yang bisa dipamerkan.

Tadi pagi Farah sudah meminta Delvin untuk menemaninya menghadiri pesta pernikahan Nicole pada akhir minggu ini. Sayangnya, Delvin memiliki acara sendiri dengan pacar gay-nya yang baru pulang dari tugas di luar negeri.

Sebenarnya Farah sangat berharap pada Arzan. Akan tetapi Farah tidak yakin Arzan mau menemaninya datang di pesta pernikahan sahabatnya itu. Karena ketika pesta pernikahan Bianca pun, Arzan tidak mau menemani Farah dengan alasan tidak ingin orang lain melihat mereka berdua di acara pribadi Farah. Ck. Lagi-lagi kenyataan ini sangat menjengkelkan Farah.

Pukul setengah delapan malam, range rover itu berhenti di basemen apartemen Farah seperti biasa. Dalam perjalanan ke apartemen tadi, mereka sudah membungkus makan malam yang dipesan secara drive in di sebuah restoran steakhouse.

Tiba di dalam ruangan apartemen miliknya, Farah langsung mengatur meja makan. Wanita itu menyiapkan dua piring makan dan masing-masing dia isi dengan potongan tenderloin dalam ukuran sedang. Setelahnya, Farah menuang jus cranberry ke dalam dua buah gelas tinggi dan menyajikannya di dekat piring makan.

"Aku mandi sebentar," kata Farah singkat kepada Arzan yang sibuk dengan ponselnya di sofa. Tanpa menunggu balasan Arzan, wanita itu langsung masuk kamar untuk mandi.

Farah berkutat di kamar mandi hingga lima belas menit lamanya. Rupanya Arzan menyadari perubahan sikap Farah yang berubah murung hari ini, pria itu menanyakan hal tersebut saat mereka ada di meja makan.

"Ada apa? Kenapa wajahmu seharian ini cemberut?" tanya Arzan di sela-sela mengiris tenderloin di atas piring makan. Arzan meluruskan leher sebentar dan melirik sekilas ke arah Farah yang duduk di depan pria itu dengan wajah tampak kesal. Farah tergeleng sesaat, sebelum akhirnya membuka mulut juga.

"Nicole-sahabatku, mengundangku di pesta pernikahannya pada hari Sabtu malam nanti. Hm, apa kamu mau menemaniku?" balas Farah. Wanita itu sudah selesai dengan daging di atas piring dan tengah menikmati jus cranberry-nya. Arzan bergeming beberapa saat dan tengah menikmati potongan terakhir tenderloin di atas piring.

"Aku tidak mungkin melakukannya, Farah. Kamu sudah tahu itu." Arzan meletakkan pisau dan garpu sebelum meraih gelas berisi jus dan menyesap isinya sedikit.

[END] Dangerous AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang