[Bab 42] Percakapan dengan sang calon istri

1.3K 266 36
                                    

Happy reading!

=====

Naora dikepung pekerjaan sejak tadi pagi. Setelah dirinya dipaksa melompat dari satu meeting ke meeting berikutnya, tumpukan dokumen yang diberikan Audrey sudah menunggu di atas meja kantor. Bahkan dengan terpaksa Naora harus makan siang di breakout area di sela-sela sempitnya waktu.

Beruntung, seluruh persiapan untuk acara ulang tahun Leoni yang akan diadakan pada esok sore sudah selesai. Antusiasme dan kegembiraan yang Leoni rasakan sudah menular kepada Naora hingga membuat wanita itu ikut tak sabar untuk menyambut hari ulang tahun putri tunggalnya tersebut.

Pukul setengah tiga sore, Naora hampir menyelesaikan seluruh tumpukan dokumen di atas meja kantor. Sesekali matanya memeriksa sejenak notifikasi masuk di ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Untuk kesekian kali, Naora mengerutkan dahi. Sejak kemarin tidak ada pesan masuk dari Galen ke ponsel Naora. Apakah Galen begitu sibuk sampai-sampai pria tetsebut tak sempat hanya sekadar mengirim pesan untuk Naora?

Astaga. Naora seketika tergeleng sendiri saat mendapati dirinya merengek layaknya remaja tengah merajuk pada pacarnya.

Sebenarnya hari ini Naora berencana ingin bertemu Galen dan memberitahu pria itu soal ulang tahun Leoni. Mungkin terdengar tidak adil bagi Galen, tetapi Naora tidak mungkin mengundang pria itu untuk hadir di sana kendati hati Naora sangat menginginkannya.

Setelah seluruh keriuhan acara ulang tahun Leoni selesai, Naora berencana untuk berbicara dengan Galen soal status hubungan mereka. Galen mencintai Naora, sedangkan Naora sendiri berkeyakinan kalau Galen adalah pria yang paling tepat untuk dirinya. Naora juga sudah tahu keinginan Galen—bahkan pria itu terang-terangan mengatakannya sendiri—bahwa pria tersebut tak akan meninggalkan dirinya. Namun, Naora harus yakin dan memiliki pegangan tentang seberapa serius Galen menginginkan Naora hadir dalam hidup pria itu.

Naora berencana akan mengatakan apa yang menjadi kendala wanita itu dalam hubungan mereka. Naora harus tahu apa pendapat Galen perihal Leoni, begitu juga soal saham Arzan di Simple and Beauty serta dampak dari perceraian mereka nantinya. Bagi Naora, perceraian akan membutuhkan lebih banyak effort darinya, bahkan mungkin berkali-kali lipat lebih besar daripada ketika Naora memutuskan untuk menerima Arzan sebagai suaminya.

Naora harus menyelesaikan rencananya satu per satu dengan cepat untuk mengantisipasi kemungkinan Farah sudah memberitahu Arzan tentang kehadiran sosok Galen di sisinya. Kendati hingga kini belum ada reaksi apa pun dari suaminya tersebut, namun Naora tak mau berspekulasi. Dia harus mulai bergerak.

Sepasang bola mata Naora kembali melirik layar ponsel yang masih saja gelap. Tak dapat menahan diri lagi, Naora meletakkan bolpoin untuk meraih ponsel dan memutuskan untuk mengirim pesan kepada Galen. Naora ingin bertanya kenapa sejak kemarin Galen tidak mengirim pesan kepadanya, sekaligus mengajak pria tersebut untuk bertemu pada sore hari nanti.

Naora belum sempat membuka layar ponsel ketika telepon di meja kerjanya berdering. Bersegera tangan Naora terulur, detik berikutnya suara merdu milik Audrey langsung memasuki telinga Naora. Sekretaris Naora itu memberitahu kalau ada seorang wanita ingin berbicara dengan dirinya.

"Hanin? Tapi.. aku tidak kenal siapa Hanin." Naora sedang sibuk saat ini dan tak punya banyak waktu. Ditambah pula, akhir-akhir ini Naora sering mendapatkan panggilan dari nomor tidak dikenal di ponsel. Sekarang, seorang wanita asing ingin berbicara dengan dirinya.

"Maaf, Ibu Naora. Katanya penting sekali," balas Audrey melanjutkan. Naora menghela napas lelah. Siapa wanita yang berani menghubungi Naora di kantornya sendiri? Menyerah dengan rasa penasaran, akhirnya Naora meminta Audrey untuk menyambungkan panggilan wanita bernama Hanin ini.

[END] Dangerous AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang