[Bab 32] Bercintalah denganku

2.3K 273 37
                                    

Happy reading!

====

Dalam beberapa minggu ini Naora terus bertempur dengan nuraninya sendiri. Selama ini Arzan adalah satu-satunya pria yang ada dalam hidup Naora—selain ayah dan adik Naora, tentunya. Arzan pulalah satu-satunya pria yang membuat Naora jatuh cinta, sekaligus pria yang pernah menyentuh dirinya. Bertahun-tahun Naora menjaga tembok kesetiaannya kepada Arzan. Kokoh. Tak berpaling sedikit pun.

Kini setelah Arzan dengan begitu saja menghancurkan bangunan kesetiaan yang bertahun-tahun Naora jaga, dia merasa tak memiliki cukup energi untuk mempertahankannya lagi. Naora tak pernah menyangka bahwa suatu saat dia akan berada di titik lelah dengan kesetiaan dirinya pada pernikahan.

Naora tahu kalau apa yang dia lakukan dengan Galen adalah salah dan berbahaya—hati kecil Naora pun berteriak padanya. Namun, bayang-bayang pengkhianatan yang sudah Arzan lakukan dengan Farah seperti mengikis habis rasa bersalah yang seharusnya bersarang di dalam dada Naora.

Arzan sudah berjanji akan mengarungi bahtera bersama-sama dengan Naora. Tetapi nyatanya, berbulan-bulan lamanya Naora terombang-ombing di tengah badai gelombang yang diciptakan oleh suaminya sendiri. Sekarang, di tengah-tengah bahtera rumah tangganya yang nyaris karam, salahkah Naora bila menerima uluran tangan dari bahtera lain yang hendak menyelamatkan hidupnya?

Naora bisa merasakan jari-jari Galen mengepal di kedalaman rambutnya. Sementara tangan Galen yang lain menekan di belakang punggung Naora. Tubuh Naora menempel ketat di tubuh Galen saat mulut pria itu mulai bergerak lembut di atas bibir Naora. Wanita itu belum pernah dicium pria mana pun selain Arzan. Jika sebelumnya ciuman Galen yang hanya beberapa detik saja sudah membuat Naora terbuai, apalagi saat sekarang mereka memiliki waktu yang panjang. Ketika lidah Galen menyelinap di antara celah bibir Naora dan membelai lidah wanita itu dengan perlahan dan manis, Naora seketika larut dalam pesona Galen. Naora mengerang rendah, kedua tangannya meluncur naik dan mencengkeram bisep Galen saat lidah mereka kini saling menggoda dan merasakan.

Ketika Galen menekan punggung Naora untuk memperdalam ciumannya, Naora bisa merasakan ereksi Galen pada perutnya. Naora megap-megap dan membebaskan bibirnya. Dengan wajah memerah serta mata melebar, Naora menengadah dan mendapati Galen menatap Naora dengan sorot mata kelam, sewarna dengan langit malam Jakarta. Naora tahu Galen menginginkan dirinya, dan Naora tak ingin menghentikannya.

"Apa kamu ingin kita berhenti di sini?" tanya Galen dalam bisikan serak, mati-matian dia mengenggam kuat kendali atas dirinya. Naora menggeleng.

"Tidak," desah Naora seraya menyapu dada Galen dengan telapak tangan dan berhenti tepat di atas jantung pria itu. Naora bisa merasakan degup dari balik dada Galen yang terbalut dengan selapis kemeja. Jemari Naora mencengkeram pada lapisan kainnya. "Aku juga menginginkannya."

"Oh, Naora." Galen mengerang rendah. Naora merasakan jari-jari Galen mengepal di kedalaman rambut wanita itu lalu menariknya lembut, membawa bibir Naora ke depan bibir Galen dan mereka berciuman kembali.

Ketika Galen menyelipkan lidah di antara bibirnya, Naora membiarkan Galen menguasainya. Kelopak mata Naora terpejam rapat kala lidah Galen menjelajahi rongga mulutnya. Naora membalas dengan belaian lidahnya, mengundang geraman rendah menggema di kerongkongan Galen.

"Kulitmu harum," bisik Galen dengan suara berat ketika mulutnya bergerak menelusuri kulit leher Naora. "Aku sudah suka sejak pertama menghirupnya, bikin aku.. tak tahan."

Ciuman bibir Galen berubah menjadi gigitan dan isapan kecil di kulit leher Naora. Sementara tangan Galen bergerak menyelinap dan mengusap kulit punggung Naora yang lembut dan hangat hingga membuat wanita itu terkesiap dan terengah samar. Sentuhan Galen adalah panggilan untuk membangkitkan seluruh gairah Naora.

[END] Dangerous AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang