[Bab 51] Semua tak lagi sama

1.5K 282 39
                                    

Happy reading!

====

Naora bersumpah, suasana ketegangan yang terjadi di depan matanya saat ini lebih mencekam dari apa pun yang pernah terjadi dalam hidupnya. Dana dan Rosi—kedua orang tua Naora, duduk bersebelahan dan Naora duduk di dekat ibundanya. Dana duduk tepekur, sementara Rosi membawa tangan Naora ke atas pangkuan wanita itu dan terus menggenggamnya dengan erat. Mungkin untuk mencari kekuatan, karena beberapa kali Rosi menekan sudut-sudut mata dengan saputangan yang wanita itu bawa.

Sedangkan Ingrid—ibunda Arzan, hanya duduk terpaku dan menunduk lesu di atas sofa yang berada di seberang Naora dan keluarganya duduk. Semuanya terbungkam. Tersekat oleh keterkejutan mereka sendiri. Hanya Benjamin yang sedari tadi berdecak seperti tak sabar, sesekali tatapan mata pria itu menatap Arzan seolah ingin memakan putra sulungnya itu hidup-hidup.

Arzan sendiri duduk di atas sofa yang berada di tengah-tengah keluarga. Suasana benar-benar seperti di dalam ruang persidangan. Kendati Arzan menceritakan dengan tenang semua kesalahannya kalau pria itu memang sudah menjalin hubungan asmara dengan wanita lain di belakang Naora, sesekali dia menyugar rambut dan terlihat tak nyaman.

"Sudah berapa lama kamu selingkuh dengan wanita ini?" tanya Benjamin dengan suara berat dan rendah layaknya ingin menekan kemarahannya kuat-kuat.

"Sejak dia bekerja denganku, Pa. Kira-kira satu tahun yang lalu." Arzan kembali mengusap rambut. Naora memilih membuang tatapan mata ke lantai, sementara Rosi masih mencengkeram telapak tangan wanita itu. "Dia.. asisten pribadiku."

"Asisten pribadimu? Apa dia wanita yang pernah kamu kenalkan pada Papa dan Mama?" Suara Benjamin mulai meninggi dan terdengar tak sabar. Sepasang mata tuanya menyipit dan mengawasi Arzan dengan tajam.

"Benar, Papa." Jawaban Arzan seketika mengundang Benjamin menggeram kesal dan Ingrid melenguh kecewa. Murka dalam dirinya membuat Benjamin bangkit dari kursi dan berdiri bersedekap di dekat jendela.

"Kalau begitu, jangan mempekerjakan wanita itu lagi. Kamu harus pindahkan dia ke departemen yang lain," tandas Benjamin dengan tegas. Arzan menggeleng.

"Dia sudah tidak bekerja di Patra Construction lagi, Pa. Dia sudah resign," sahut Arzan dengan suara berembus lelah. "Kami sudah tak ada hubungan apa-apa lagi."

"Kapan itu terjadi?" tanya Benjamin dengan mata masih menyelisik.

"Minggu yang lalu," jawab Arzan. Benjamin mendengus samar.

"Coba kamu lakukan itu sedari awal, kamu tidak akan kehilangan keluargamu," ujar Benjamin seraya memutar tumit dan membuang tatapan muramnya ke arah taman belakang.

"Naora, tak bisakah kamu memaafkan kesalahan Arzan padamu agar rumah tangga kalian bisa utuh kembali?" Setelah sekian lama berdiam diri, Ingrid—ibunda arzan, akhirnya membuka mulut. Sepasang mata ibu mertuanya itu memandang Naora dengan lembut.

Naora menggeleng pelan. Kendati lidah Naora sudah begitu gatal ingin menceritakan soal kebohongan besar yang Arzan simpan dari Naora selama empat belas tahun lamanya. Bahkan, jenis pengkhianatan yang sudah dilakukan Arzan bersama Caterine lebih mematikan daripada perselingkuhan Arzan dengan Farah. Namun, mulut Naora berusaha keras untuk mengeremnya.

"Aku sudah memaafkan apa yang sudah Arzan lakukan padaku, Mama. Sudah tidak ada lagi rasa marah apalagi dendamku padanya, semua sudah aku lepaskan." Naora menanggapi dengan suara tenang. Sekarang semua mata tertuju kepada wanita itu. "Walaupun demikian, aku tidak sanggup bila harus meneruskan pernikahanku ini dengan Arzan."

"Kamu tidak kasihan dengan Leoni, Naora?" Kali ini Dana yang bicara ke arah Naora. Mendengar pertanyaan ayahnya, Naora menggeleng tegas.

"Sebelum aku memutuskan untuk mengajukan gugatan, aku sudah bicara lebih dulu dengan Leoni, Papa. Untuk masalah ini, Leoni selalu jadi prioritasku." Naora tercenung beberapa saat sebelum mengembuskan napas pelan-pelan. "Leoni memang tidak menghendaki kami bercerai, tetapi menurutnya, kalau kami masih tinggal dalam satu rumah dia akan lebih sering melihat mamanya menangis. Leoni sendiri tidak menginginkan itu."

[END] Dangerous AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang