Happy reading!
====
Memang tidak mudah mencari waktu yang tepat bagi Naora dan Galen agar mereka bisa bertemu lagi. Nyaris satu minggu lamanya mereka tak bersua sejak terakhir kebersamaan mereka dengan menginap berdua di sebuah resort di Bogor. Naora bisa memahami Galen memiliki jadwal proyek dengan deadline ketat, sedangkan dirinya sendiri sibuk dengan urusan Simple and Beauty serta Leoni.
Ketika akhirnya pada sore hari ini mereka berdua punya waktu dan membuat janji untuk bertemu di apartemen Galen, rasanya Naora sudah tak sabar. Naora bersiap pulang kerja lebih awal yaitu pukul setengah lima sore. Hati Naora membengkak dalam kebahagiaan, saat rencana indahnya dikacaukan oleh suara Caterine di telepon.
"Aku dalam perjalanan ke Simple and Beauty. Sebentar lagi waktunya pulang, kan? Kira-kira lima belas menit lagi aku sudah tiba di sana," ujar Caterine dalam panggilannya.
"Maaf, Caterine. Aku tidak bisa." Naora menukas dengan cepat. "Aku harus pergi, karena aku punya janji."
"Kenapa akhir-akhir ini kamu susah sekali ditemui sih? Ada apa, Naora?" tanya Caterine dengan nada mendesak dari seberang ponsel Naora. "Atau__ aah! Kamu sibuk dengan pria itu ya? Kebetulan sekali, soal itu yang ingin aku bahas denganmu."
"Caterine, please. Aku harus pergi se___."
"Hei. Hei. Gedung kantormu sudah terlihat olehku. Tak sampai lima menit aku sudah tiba di tempatmu. Okay?"
"Caterine__."
"Bye." Caterine menutup panggilannya begitu saja, mengundang Naora mengerang kesal sendirian. Terpaksa Naora melanjutkan membereskan meja kerjanya sembari menunggu kedatangan Caterine.
~oOo~
"Aku hanya menyita waktumu tiga puluh menit saja, tak lebih. Kamu bisa pegang janjiku. Sampaikan maafku untuk Leoni karena sudah mencuri waktu tiga puluh menitmu," kata Caterine begitu kedua kaki jenjangnya menjejak ruangan kantor Naora, mengundang sang pemilik ruangan mendengus singkat. Tanpa diminta, Caterine menempatkan pantatnya di salah satu sofa yang ada di ruang kerja Naora.
"Minum?" tanya Naora sembari beranjak dari kursi kulitnya. Caterine menanggapi dengan gelengan kecil. Naora mengedikkan bahu dan membawa tubuhnya duduk di sebelah sahabatnya. "Aku janji bertemu seseorang. Sekarang, katakan dengan cepat. Apa yang ingin kamu katakan padaku?"
"Bertemu seseorang? Apa dia.. pria yang kamu ceritakan padaku? Sorry, aku lupa namanya." Caterine menatap Naora dengan alis melengkung. Detik berikutnya Caterine melebarkan tarikan di sudut-sudut bibir dengan sorot puas. Naora hanya mengedikkan bahu. "Well. Kayaknya rencana kita dengan pria itu berjalan dengan mulus, Naora. Sekarang kita tinggal mulai memikirkan cara yang elegan supaya Arzan cemburu padamu, sehingga suamimu sadar kembali. Atau, kamu bisa serahkan tugas itu padaku. Aku akan membuat Arzan berbalik mengejarmu lagi. Sudah tiba saatnya kita kalahkan___."
"Stop it, Caterine," potong Naora dengan kepala tergeleng.
"Kenapa?" tanya Caterine dalam tatapan tajam ke arah Naora. "Kamu tak percaya padaku?"
"Bukan soal itu." Naora menghela napas panjang sebelum mengembuskannya pelan bersama kata-katanya. "Aku sudah pernah katakan padamu kalau kedekatan kami bukan karena aku mengikuti saranmu. Okay? Tolong, catat dan dengarkan kata-kataku. Aku berhubungan dengan Galen bukan untuk membuat Arzan cemburu, walaupun aku akui kalau pada awalnya aku memang ingin lari dari masalah rumah tanggaku. Namun yang terjadi saat ini adalah makin lama aku mengenal Galen, aku makin menyukai perhatian yang dia berikan padaku. Dia pria baik dan orang paling positif yang pernah aku temui. Setiap kali kami bertemu, rasanya kayak Galen memberi energi baru padaku. Kamu mengerti maksudku? Andai aku bisa menjelaskan perasaanku dengan lebih baik padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dangerous Affair
Ficción GeneralWarning : 21+ Kesuksesan Naora Delmar sebagai seorang pengusaha wanita, ternyata tidak dibarengi dengan kesuksesannya dalam berumah tangga. Ia harus menerima kenyataan bahwa suaminya, Arzan Zahair, sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Arzan yan...