Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...--------------------------------------
Agatha saat ini benar-benar merasa jengah. Dia jengah menatap seorang laki-laki yang tak lain adalah Calvin yang berada di hadapannya sekarang. Bagaimana tidak, sejak dua jam yang lalu lelaki ini datang ke rumah baru yang dia tempati bersama keluarga kecilnya dan lelaki itu dengan santainya menyantap beberapa cemilan yang memang di sediakan untuk tamu di kediaman itu. Iya, sejak pulang dari Inggris, Aditya memboyong Agatha dan Axel pindah ke rumah baru yang telah dia siapkan untuk keluarga kecilnya. Rumah baru mereka masih berada sama di daerah Menteng, mungkin berjarak lima menit dari kediaman Agatha yang lalu.
"Lo kenapa sih sebenarnya, Vin? Datang-datang ke sini kaya orang gak punya semangat hidup aja" heran Agatha. "Ada masalah ya?"
Calvin meletakkan sebungkus cemilan yang ada di pangkuannya ke atas meja. Terdengar helaan nafas yang begitu kasar dari lelaki itu. "Gue cape banget Tha rasanya. Kayanya sejak gue nerusin perusahaannya bokap, gak pernah ada kata santai di dalam hidup gue. Bahkan, hari libur kaya bukan libur buat gue."
"Kalau lo cape ya istirahat, Calvin. Perusahaan juga gak bakal langsung bangkrut kalau lo istirahat sekedar seminggu doang. Tubuh kalau cape juga gak bakal kuat di suruh buat mikir" tegur Agatha.
"Dulu kayanya hidup gue santai banget ya, Tha. Kalau cape tinggal main aja nongkrong sama teman-teman atau gak ngapelin Stefani" Calvin lagi-lagi menghela nafasnya kasar ketika menyebutkan nama perempuan sejak lama menghilang dari radarnya.
Agatha yang ingat akan sesuatu langsung menatap Calvin lekat dan serius. "Vin...."
"Hm" respon Calvin tanpa menatap wajah milik perempuan di sampingnya.
"Ck, liat ke arah gue dulu. Gue mau ngomong serius sama lo" decak Agatha.
Calvin menurut. Dengan lemas dia menghadapkan tubuhnya ke arah perempuan di sampingnya. "Apa? Mau ngomong apa lo?"
Agatha terlihat menjadi ragu ketika sang sahabat menatap ke arahnya.
"Kenapa sih? Mau ngomongin apa sama gue?" heran Calvin aneh akan tatapan yang di layangkan sang sahabat.
Agatha berperang batin. Dia bingung sekarang. Entah dia harus memberitahukan hal ini kepada Calvin atau tidak. Tapi, jika dia tidak mengatakan hal itu, dia akan terus kepikiran. Huft, lebih baik dia berterus terang saja pada lelaki di sampingnya ini. Tapi, sebelum itu ada yang ingin dia tanyakan terlebih dahulu. "Sehari setelah gue nikah kenapa lo langsung balik? Nenek sama orang tua lo aja masih di sana menikmati liburan?"
"Gue ada urusan, Tha. Ada klien yang tiba-tiba aja majuin meeting. Mau gak mau gue harus balik waktu itu. Gue ngambil flight pagi biar gue bisa istirahat juga" jawab Calvin.
Agatha mengangguk. "Sebenarnya, saat gue belum tau lo berangkat pagi itu, ada yang mau omongin sama lo, Vin. Bahkan, setelah balik dari Inggris, gue pengen banget ngomongin ini sama lo. Tapi, gak sempat karena lo yang sibuk terus."
"Mau ngomongin apa sih? Kayanya serius banget" sahut Calvin yang melihat raut wajah berbeda dari sang sahabat.
Agatha menghela nafasnya, matanya kini saling beradu dengan mata milik Calvin. "Waktu di Inggris gue sempat jalan-jalan sama mas Adit ke Hype Park. Karena waktu itu gue kehausan, mas Adit inisiatif buat beliin gue minum---"

KAMU SEDANG MEMBACA
PAMAN SAHABATKU || END
Romance"Akhirnya, setelah sekian lama saya menemukan kamu, sweety." Tubuh Agatha seketika menegang ketika mendengar suara yang sangat dia kenal. Suara yang bertahun-tahun tidak pernah dia dengar, kini kembali mengalun dengan lembut di telinganya. Dia tau s...