Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...------------------------------
Axel memasang senyum menggoda di wajahnya ketika matanya menatap sosok laki-laki yang tak lain adalah Aditya tengah berjalan masuk ke restoran di mana dirinya berada. "Duh.... Pengantin baru akhirnya turun juga. Lapar ya, pi? Gimana gak lapar, orang dari kemarin sore sampai pagi ini baru turun dari kamar."
Aditya mendengus dan duduk di kursi kosong yang berada di samping kiri sang anak. Dia bisa melihat tatapan menggoda dari ibu dan juga kakak perempuannya yang ikut serta sarapan di meja yang sama seperti sang anak. "Kenapa? Kalian seperti tidak pernah melihat orang lain menikah saja."
"Kalau lihat orang nikah sih udah sering, Dit. Kalau kamu kan baru sekali ini" goda Gladis. "Agatha mana? Kok dia gak turun bareng kamu?"
"Agatha masih tidur. Biar nanti sarapannya saya yang suruh pelayan antar ke kamar" jawab Aditya dan memakan buah dari piring milik Axel. "Mas Austin dan Calvin mana?" lanjutnya yang tak melihat keberadaan dua orang itu di sini.
"Joging di sekitar sini dari tadi. Palingan juga bentar lagi nyusul ke sini" sahut Gladis seraya meminum kopinya yang baru saja di antarkan oleh pelayan.
"Pi, ambil sendiri kenapa buahnya" dengus Axel. Pasalnya sedari tadi papinya itu terus memakan buah yang diambilnya.
"Berbagi itu indah, apalagi kalau kamu berbagai dengan orang tua" tutur Aditya.
Axel lagi-lagi mendengus. "Bilang aja papi malas ngambilnya, gitu aja kok repot."
Aditya rasanya ingin sekali menyentil mulut anaknya itu. Benar kata Agatha, harus banyak stok sabar untuk berhadapan dengan Axel.
"Oh iya, pi. Minta uang jajan dong buat beli oleh-oleh" pinta Axel dengan tersenyum manis.
"Kamu mau uang jajan, El? Nanti nenek kasih sama kamu ya" sahut Deswita.
"Eh, gak usah, nek" tolak Axel menggeleng. "Tapi, kalau nenek maksa gak papa kok, aku pasti terima" lanjutnya cengengesan.
Deswita terkekeh. Cucunya ini benar-benar hiburan tersendiri untuknya.
"Nanti papi transfer ke rekening milik kamu" ucap Aditya. "Dan uang dari ibu di simpan saja" lanjutnya membuat Axel melotot.
"Kok gitu?" Axel tak terima, yang benar saja papi nya ini. Neneknya sudah ingin memberinya uang tapi malah di tolak. Ck, tidak bisa.
"Tidak apa-apa, Dit. Ibu juga ingin memberi cucu ibu sendiri uang. Lagi pula kalau bukan cucu ibu sendiri yang akan menghabiskan uang ibu, terus siapa lagi?" sahut Deswita tersenyum. "Nanti nenek transfer ya, El. Nanti nomor rekening kamu kirim aja ke nenek."
Axel bersorak senang dalamnya hatinya. Dia pun menatap Aditya dengan tatapan penuh kemenangan. "Nenek tenang aja, aku nanti bakal ngirim nomor rekening aku ke nenek. Aku gak akan lupa."
"Dasar, Axel" dengus Aditya dalam hatinya.
*****
Agatha merenggangkan tubuhnya yang terasa begitu pegal. Bagaimana tidak pegal? Dia di gempur habis-habisan oleh Aditya. Laki-laki itu bahkan tidak membiarkan dirinya beristirahat barang hanya sebentar. Aditya benar-benar maniak. Tapi, tunggu--- kemana laki-laki itu? Bahkan, pintu kamar mandi yang ada di dalam kamarnya terbuka, itu tandanya laki-laki itu tidak ada di dalam kamar. Apa laki-laki itu turun ke bawah?
"Aw" pekik Agatha ketika dia menggerakkan kedua kakinya. "Fuck! Mas Adit benar-benar bikin gue gak berdaya."
Agatha dengan pelan turun dari ranjangnya yang begitu berantakan. Dia ikut menarik yang menutupi tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
PAMAN SAHABATKU || END
Romance"Akhirnya, setelah sekian lama saya menemukan kamu, sweety." Tubuh Agatha seketika menegang ketika mendengar suara yang sangat dia kenal. Suara yang bertahun-tahun tidak pernah dia dengar, kini kembali mengalun dengan lembut di telinganya. Dia tau s...