Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...--------------------------------
Canggung. Itu yang di rasakan oleh Agatha dan juga Calvin saat ini. Bertahun-tahun tidak pernah bertemu dan kini di pertemukan kembali, membuat keduanya benar-benar bingung untuk sekedar berbasa-basi.
"Apa kabar, Tha?" Calvin memulai pembicaraan, meskipun dia masih merasa canggung.
"Baik. Gue baik. Lo gimana?" ucap Agatha sambil menatap sahabat lelakinya itu lekat.
"Setelah lo pergi waktu itu, gue gak baik-baik aja, Tha" jujur Calvin. "Bahkan, bukan cuman gue yang gak baik-baik aja waktu itu, om Adit, dia juga gak baik-baik aja, bahkan sampai sekarang, Tha."
Aditya. Nama itu masih membekas di hati Agatha sampai sekarang. Nama yang tidak mungkin dia lupakan bahkan dia hilangkan begitu saja.
"Saat itu---- lo dengar semua ucapan nenek? Iya, Tha? Makanya lo pergi?" tanya Calvin dengan tatapan yang serius.
Ah, Agatha kembali di ingatkan pada masa itu. Masa yang membuatnya memutuskan untuk pergi meninggalkan semua yang membuatnya bahagia.
"Tha?" tuntut Calvin meminta jawaban.
Agatha mengangguk. "Iya, gue dengar semua ucapan itu. Dan---"
"Dan alasan itu yang buat lo pergi?" potong Calvin.
Agatha lagi-lagi mengangguk.
"Kenapa lo bodoh banget sih, Tha? Seharusnya lo gak main pergi gitu aja. Seharusnya lo dengar dulu penjelasan om Adit" cecar Calvin. "Lo tau? Saat lo pergi semuanya runyam, Tha. Om Adit bahkan sampai masuk rumah sakit karena gak nemu keberadaan lo."
Terkejut? Pasti. Agatha benar-benar terkejut ketika mengetahui fakta ini.
"Lo gak tau kan gimana gilanya om Adit yang lagi sakit terus nyari keberadaan lo? Bahkan, untuk makan pun dia gak pernah kepikiran karena terus nyari keberadaan lo, Agatha" ungkap Calvin. "Bahkan, bukan cuman itu, Tha. Om Adit sempat kecelakaan karena ketiduran di perjalanan. Iya, di gak sempat buat tidur karena terus nyari keberadaan lo."
"Lo kemana aja sih selama ini, Tha? Kenapa lo sulit banget buat di temuin?" frustasi Calvin.
"Awalnya gue pergi ke Inggris, ketempat mommy. Cukup lama gue di sana dan akhirnya gue mutusin buat pindah ke Bali. Tapi, gue gak netap di sana buat jangka yang lama. Selama ini, gue terus pindah-pindah. Selain karena pekerjaan, gue juga pengen keberadaan gue gak di ketahui siapapun, termasuk lo" jawab Agatha jujur.
"Inggris? Bukannya mommy lo ada di Jerman?" cengo Calvin.
"Bego. Yang di Jerman bukan mommy gue, melainkan kuburan grandma dan grandpa gue" cibir Agatha yang sudah mulai agak luwes berbicara dengan laki-laki di hadapannya.
"Anjing! Jadi, selama ini gue ngasih informasi yang salah buat om Adit? Pantesan gak pernah nemu. Bego lah" cengo Calvin.
"Bego lo emang gak pernah berubah. Emang udah jadi kelebihan lo, bukan lagi kekurangan lo" cela Agatha.
"Mati gue kalau sampai om Adit tau kalau gue salah ngasih informasi sama dia selama ini" gumam Calvin yang mengkhawatirkan dirinya sendiri.
"Kenapa? Kayanya lo takut banget sama om Adit?" tanya Agatha aneh.
"Asal lo tau aja ya wanita ular, om Adit berubah jadi makin dingin dan pemarah. Gue aja malas banget buat dekat-dekat sama dia. Bawaannya kaya cewek yang lagi datang bulan" gidik Calvin
Seberubah itu kah laki-laki itu pikir Agatha.
"Tunggu deh. Lo sekarang stay di Jakarta?" tanya Calvin dan di angguki oleh Agatha. "Emang benar-benar wanita ular ya lo, Tha. Seharusnya lo hubungin gue kek. Gue tuh kesepian gak ada lagi teman maksiat."

KAMU SEDANG MEMBACA
PAMAN SAHABATKU || END
Romance"Akhirnya, setelah sekian lama saya menemukan kamu, sweety." Tubuh Agatha seketika menegang ketika mendengar suara yang sangat dia kenal. Suara yang bertahun-tahun tidak pernah dia dengar, kini kembali mengalun dengan lembut di telinganya. Dia tau s...