Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...---------------------------------
Mata elang milik Aditya terus saja memperhatikan kegiatan yoga yang di lakukan oleh istrinya. Dia meringis melihat perut sang istri yang semakin hari semakin terlihat besar. Jelas saja makin terlihat besar, sebab usia kandungan itu kini sudah mencapai usia ideal untuk melahirkan. Ya, usia kehamilan Agatha sudah memasuki usia yang ke sembilan. Tinggal menghitung hari saja lagi anak kedua dari pasangan Agatha dan juga Aditya itu akan lahir ke dunia.
"Sweety, sudah ya? Kamu sepertinya sudah mulai lelah" ucap Aditya pada istrinya.
Agatha menoleh dan mengulurkan tangannya. "Bantuin berdiri. Tolong, mas."
Aditya bangkit dari duduknya dan kemudian membantu istrinya untuk berdiri. Memang, sejak usia kehamilannya semakin besar, Agatha sulit untuk menyeimbangkan tubuhnya karena bawaan perutnya yang besar. Oleh sebab itu, dia terus meminta bantuan suami atau orang-orang yang ada di dekatnya untuk membantunya berdiri.
"Dokter saat itu mengatakan jika waktu melahirkan kamu bisa lebih awal dan juga bisa lebih mundur kan, sweety?" tanya Aditya yang memberikan minum kepada istrinya.
Agatha mengangguk seraya menelan air minum di mulutnya. "Iya. HPL nya kemarin kata dokter sih bisa minggu-minggu ini atau bisa minggu depannya. Tapi, kalau semisal ada kontraksi yang benar-benar kontraksi, kata dokter kita bisa langsung ke rumah sakit aja, siapa tau itu mulai pembukaan."
Aditya mengangguk paham. Sebab, dia sedikit lupa dengan apa yang di katakan oleh dokter kandungan istrinya bulan lalu. "Perlengkapan darurat udah bibi siapin kan?"
"Udah kok, udah di siapin dari kemarin-kemarin. Jadi, nanti tinggal langsung bawa aja tasnya. Ada kok di kamar" jawab Agatha.
Aditya lagi-lagi mengangguk paham. Dia jadi sedikit lega jika semua perlengkapan istrinya sudah di siapkan.
Mendekati hari persalinan istrinya, Aditya memutuskan membawa semua pekerjaannya ke rumah. Dia tidak ingin mengambil resiko untuk meninggalkan istrinya yang sudah hamil besar tanpa pengawasan darinya. Bahkan, sejak memasuki usia kehamilan yang ke delapan bulan, Aditya memutuskan untuk memindahkan kamar mereka sementara di lantai bawah. Alasannya tentu saja agar istrinya tidak terlalu lelah berjalan menuju kamar mereka yang ada di lantai dua. Dia hanya ingin meminimalisir resiko-resiko yang akan terjadi pada istrinya, salah satunya adalah resiko kelelahan.
"Aduh..." pekik Agatha ketika merasakan kontraksi pada perutnya
"Sudah mulai kontraksi, sweety?" tanya Aditya panik dan khawatir.
"Kayanya ini cuma kontraksi palsu deh, mas. Lihat aja, sekarang udah gak sakit lagi" jawab Agatha.
"Kita ke rumah sakit saja ya, sweety?" bujuk Aditya.
Agatha menggeleng. "Gak usah, mas. Nanti aja. Kalau udah benar-benar kontraksi baru kita ke rumah sakit."
Jujur saja, saat ini Aditya di penuhi dengan rasa panik dan juga khawatir. Sebab, dia baru pertama kali menemani proses kehamilan Agatha. Mengingat Axel, Aditya menjadi merasa bersalah tidak menemani Agatha saat dulu hamil anak pertama nya itu.
"Kamu kenapa, mas?" tanya Agatha ketika melihat wajah murung lelaki di sampingnya.
"Saya menjadi merasa bersalah terhadap kamu dan juga Axel, karena saat kamu hamil Axel dulu saya tidak ada bersama kalian. Maaf saya" sesal Aditya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PAMAN SAHABATKU || END
Romansa"Akhirnya, setelah sekian lama saya menemukan kamu, sweety." Tubuh Agatha seketika menegang ketika mendengar suara yang sangat dia kenal. Suara yang bertahun-tahun tidak pernah dia dengar, kini kembali mengalun dengan lembut di telinganya. Dia tau s...